Minggu, 23 Februari 2014

Membangun Keluarga sebagai Sarana dan Pendukung dalam Pewartaan (contoh penyuluhan bagi keluarga)

DISUSUN OLEH: Emanuel Heru Kristanto, S.Ag, Penyuluh Agama Katolik, 
Kantor Kementerian Agama Kota Magelang


I. Doa & Lagu

II. Pertanyaan Sharing

    Sebagai orang tua bagaimana kita mendidik anak-anak didalam keluarga ?

III. Pembelajaran

A. Tantangan-tantangan Aktual

Dewasa ini keluarga-keluarga katolik menghadapi banyak tantangan aktual. Sebagian besar dari tantangan-tantangan itu berasal dari masyarakat luas. Sedang sebagian yang lain berasal dari lingkungan keluarga sendiri.

1. Tantangan dari masyarakat luas 

a. Tantangan dari masyarakat internasional.

Tantangan yang berasal dari masyarakat inter-nasional terutama berupa kecenderungan-kecenderungan tertentu yang muncul dalam proses globalisasi. Kecenderungan-kecende-rungan tersebut antara lain tampak di bidang ekonomi, politik, dan budaya. Di bidang ekonomi, muncullah kecenderungan global yang menyebarkan sistem ekonomi pasar bebas ke segenap penjuru bumi. Sistem ekonomi yang mengutamakan kebebasan swasta untuk berdagang dan bersaing itu dipuji dan didukung di semakin banyak tempat. Padahal sistem ekonomi tersebut jelas-jelas melebarkan kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin, antara negara kaya dan negara miskin. Selain itu, sistem ekonomi tersebut juga mendukung konsumerisme dan menyebabkan kerusakan lingkungan alam dan lingkungan hidup. Di beberapa negara miskin, sistem ekonomi pasar bebas itu bahkan juga menimbulkan kecenderungan-kecenderungan negatif lain, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Di bidang politik, muncullah kecenderungan global yang menyebarkan sistem pemerintahan gaya Barat ke segenap penjuru bumi. Beberapa negara Barat bahkan memaksakan sistem politik semacam itu kepada negara-negara yang lain. Padahal, sistem pemerintah-an semacam itu tidaklah selalu sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Pengambilan keputusan dalam masyarakat tradisional Jawa, misalnya, lebih mengutama-kan mufakat melalui musyawarah daripada pengambilan keputusan melalui pemungutan suara. Di bidang budaya, muncullah kecenderungan global yang menyebarkan pop culture ke segenap penjuru bumi. Yang dimaksud dengan pop culture adalah budaya pop, budaya yang penampilan-luarnya cenderung “ke-Barat-Barat-an”. Meskipun budaya pop tersebut me-miliki beberapa unsur positif yang pantas di-hargai, budaya itu juga memuat beberapa unsur negatif yang perlu diwaspadai. Yang kiranya paling perlu diwaspadai adalah kecenderung-annya ke arah materialisme dan sekularisme. Kecenderungan ke arah materialisme itu jelas tidak selaras dengan budaya tradisional sebagi-an besar masyarakat kita, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerohanian. Sementara itu kecenderungan ke arah sekularisme juga tidak selaras dengan budaya tradisional masyarakat kita, yang bersifat religius.

b. Tantangan dari masyarakat nasional

Dewasa ini masyarakat Indonesia berada dalam masa reformasi di segala bidang. Dalam proses reformasi tersebut, muncullah beberapa tantangan sosial, misalnya di bidang ekonomi, politik, dan moral. Reformasi belum berhasil membawa per-baikan yang nyata di bidang ekonomi. Menurut data nasional, saat ini sekitar 50 juta orang Indonesia hidup dalam kemiskinan. Bangsa kita semakin tertinggal dari bangsa-bangsa yang sudah maju, antara lain karena bangsa kita cenderung mengikuti sistem ekonomi pasar bebas. Sudahlah terbukti bahwa sistem ekonomi pasar bebas cenderung melebarkan kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin, antara negara kaya dan negara miskin. Bangsa kita belum mampu ber-saing di pasar internasional. Ketidakmampuan bangsa kita itu antara lain disebabkan oleh kesalahan internal bangsa kita sendiri, yakni masih banyaknya korupsi, kolusi dan nepotisme. Reformasi juga belum membawa banyak perbaikan di bidang politik. Memang, di-bandingkan dengan masa pemerintahan Orde Baru, masa pemerintahan kita dewasa ini sudah jauh lebih demokratis. Media massa menikmati kebebasan yang cukup luas. Dewan Perwakil-an Rakyat memiliki kewenangan yang makin besar. Presiden dan pimpinan-pimpinan di daerah sudah dipilih oleh rakyat secara langsung. 

Meskipun demikian, kepentingan rakyat kecil belum terangkat secara semesti-nya. Lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif belum sungguh-sungguh berpihak kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir.

Reformasi sebenarnya dimaksud untuk mem-perbaiki masyarakat Indonesia secara me-nyeluruh, termasuk di bidang moral. Namun kenyataannya, belum ada tanda-tanda positif bahwa moral masyarakat kita bertambah baik. Habitus lama masih berlanjut. Kekerasan tetap terjadi di mana-mana, baik di rumah-rumah maupun di tengah-tengah masyarakat luas. Korupsi malah semakin menyebar, antara lain karena semakin kuatnya otonomi daerah. Kerusakan lingkungan alam dan lingkungan hidup samasekali belum berkurang. 

2. Tantangan dari lingkungan keluarga

Tantangan-tantangan yang ada di hadapan keluarga tidaklah hanya berasal dari masyarakat luas, melain-kan juga dari lingkungan keluarga sendiri, baik dari keluarga besar maupun dari keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga besar adalah suami-istri, anak-anak, dan sanak saudara dari suami maupun istri, di manapun mereka berada. Sedang yang dimaksud dengan keluarga inti adalah suami-istri, anak-anak, dan sanak saudara yang tinggal serumah dengan mereka. 

a. Tantangan dari keluarga besar

Keluarga besar sebenarnya merupakan suatu sumber dukungan dan kesejahteraan bagi keluarga inti. Seluruh keluarga besar dapat memberikan dukungan kepada salah satu anggotanya yang sedang berada dalam kondisi lemah secara psikis, maka membutuhkan penguatan dan peneguhan. Seluruh keluarga besar dapat memberikan bantuan kepada salah satu anggotanya yang sedang berada dalam kondisi sulit secara finansial, maka mem-butuhkan pinjaman atau pemberian yang tulus. Meskipun demikian, keluarga besar juga dapat menimbulkan tantangan, misalnya bila anggota-anggota keluarga besar campur tangan ter-lampau jauh pada urusan keluarga inti. 

b. Tantangan dari dalam keluarga inti 

Berdasarkan angket Keuskupan Agung Semarang pada tahun 2006, berikut adalah beberapa tantangan yang dapat muncul dari dalam keluarga inti sendiri.

1. Tantangan dalam relasi antara suami dan istri

· Kurangnya transparansi antara suami dan istri.

· Kurangnya kerukunan antara suami dan istri.

· Kurangnya komunikasi antara suami dan istri. 

· Kurangnya kesetiaan suami/istri kepada pasangannya. 

· Kurangnya kesediaan berkorban dari suami/istri bagi pasangannya.

· Adanya kecemburuan dari suami/istri terhadap pasangannya.

· Adanya dominasi suami/istri atas pasangannya. 

· Adanya tindak kekerasan suami/istri terhadap pasangannya.

2. Tantangan dalam hal penghayatan iman 

· Kurang kuatnya iman semua/sebagian anggota keluarga.

· Kurang tepatnya pemahaman dan peng-hayatan sakramen perkawinan.

· Kurangnya kemampuan orangtua dalam mengembangkan iman anak-anak mereka.

· Kurangnya kemampuan keluarga meng-hadapi arus global yang sekularistik. 

3. Tantangan dalam hal ekonomi rumah tangga

· Kurangnya kemampuan suami-istri untuk mengelola ekonomi rumah tangga. 

· Kurangnya penghasilan keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

· Adanya beban hutang keluarga

· Sulitnya mencari pekerjaan.

· Kurang kuatnya kemampuan suami-istri menghadapi godaan konsumerisme.

4. Tantangan dalam hal relasi antara orangtua dan anak-anaknya

· Kurangnya keakraban antara orangtua dan anak-anak mereka.

· Ketidakpuasan anak-anak terhadap sikap atau kondisi orangtua mereka.

· Ketidakpuasan orangtua terhadap sikap atau kondisi anak-anak mereka.

NB: Tantangan-tantangan di atas tentu saja tidak hanya perlu diketahui dan dipahami, melainkan juga perlu ditanggapi dengan mencari solusi yang tepat atasnya. 

B. Konsekwensi atas Perkawinan

Menurut ajaran Gereja Katolik, tujuan perkawinan salah satunya adalah diarahkan pada keturunan dan pendidikan anak-anak mereka. Gereja Katolik berharap bahwa dua orang yang menikah sama-sama mau dan mampu menurunkan dan mendidik anak-anak. 

Setiap keluarga Katolik yang diikat didalam Sakramen Perkawinan dipanggil dan diutus menjadi tempat pendidikan yang utama dan pertama disanalah anak-anak mulai dididik dalam segala hal yang baik. Maka pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya tidak pernah tersaing maupun tergantikan

Oleh rahmat Sakramen Perkawinan, mereka menjadi mampu mencintai satu sama lain sebagaimana Kristus telah mencintai kita. Mereka kemudian menjadi tanda dan peringatan yang tampak dan kelihatan cinta pengorbanan Kristus kepada seluruh umat manusia. Di bawah rencana Allah, perkawinan juga merupakan dasar komunitas yang lebih luas, yaitu keluarga. Cinta seksual, disamping memperdalam dan memperkuat persatuan diantara mereka, memberikan juga kemampuan kepada suami – isteri untuk bekerjasama dengan Allah dalam memberi kehidupan kepada pribadi manusia ( keturunan ) yang baru. Atau dengan kata lain tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk mendidik anak ini berasal atau berakar atau berdasar pada panggilan suami – istri untuk berpartisipasi pada karya penciptaan Allah: menurunkan manusia baru, juga dalam arti mempertumbuhkannya dan memperkembangkannya ( FC 36 ).

1. Peranan Keluarga dalam pendidikan iman

Keluarga secara tepat digambarkan sebagai Gereja Domestik. Oleh karena itu, keluarga mendapat tugas meneruskan iman dan nilai-nilai Kristiani kepada generasi yang berikutnya. Oleh karena orang tua meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, maka para orang tua mengemban tugas mahaberat : mendidik anak dan sebab itu mereka harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama ( GE 3 ). 

Rumah sebagai sekolah yang tepat untuk hidup. Ada beberapa hal yang esensial yang hanya dapat dipelajari dirumah, misalkan : belajar mencintai dan dicintai; keamanan dan penerimaan; hormat terhadap otoritas; membedakan mana yang benar dan mana yang salah; disiplin, tanggung jawab dan kontrol diri. Anak pertama kali mengalami cinta di dalam rumahnya; menemukan rasa aman dan penerimaan diri siapa dia laki-laki atau wanita, sehingga ia mulai mencintai dirinya sendiri, yang memberikan dasar untuk mencintai orang lain. Orang tua adalah otoritas pertama. Penghormatan terhadap orang tua juga merupakan basis untuk menghormati otoritas-otoritas yang lain. Bagaimana anak-anak menghormati orang tua, menentukan bagaimana pula mereka menghormati bentuk-bentuk otoritas yang lain diluar rumah. Dengan melihat contoh perilaku dan sikap orang tuanya, anak-anak dapat belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Oleh karena itu peranan kesaksian kehidupan iman orang tua dalam memperkembangkan iman anak-anaknnya adalah sangat vital. Dan inilah sebenarnya metode yang paling efektif dalam pendidikan iman ( juga dalam hal-hal lain ) di dalam keluarga yakni dengan contoh kongkret kehidupan iman orang tuanya serta anggota keluarga yang lain yang hidup serumah. 

Memang kita sadari juga bahwa hidup iman bukanlah sesuatu yang secara khusus diisi kedalam anak oleh ayah dan ibunya. Iman itu pertama-tama adalah suatu anugerah Allah yang berkembang mengikuti irama hidup seseorang dan kehidupan sekitarnya. Namun perkembangan iman tidak terjadi secara otomatis, tetapi sungguh suatu buah hasil proses yang dihayati dengan seluruh kehendak bebasnya dan rahmat Tuhan. Maka dalam rangka proses inilah, peranan orang tua atau keluarga menjadi penting. Dengan menghargai anugerah kebebasan pribadi, orang tua mengarahkan anaknya kepada hidup sebagai orang beriman, sedemikian rupa sehingga akhirnya anak sendirilah merasa bahwa iman itu sebagai yang dipilihnya sendiri secara bebas. Ayah dan ibu bertindak seperti itu karena timbul dari kasih kepada anak-anaknya dan demi keselamatan anak-anaknya pula.

2. Pendidikan Iman dari orang tua

Hak dan tugas orang-tua untuk memberikan pendidikan ini adalah esensial karena berhubungan dengan penerusan hidup baru, orisinal dan primer, karena tidak dapat digantikan, tidak dapat diambil alih oleh siapapun. Dasarnya adalah cinta kasih orang tua ( FC. 36 ). Misi untuk mendidik putra-putinya ini, suatu misi yang mempunyai akarnya dari partisipasi keluarga dalam karya penciptaan Allah, mempunyai sumber khusus dalam Sakramen Perkawinan, adalah membantu anak-anak agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia dewasa secara manusiawi dan Kristiani ( FC. 38 ) Meneruskan keturunan tidak hanya dalam arti kuantitatif, namun juga dalam arti kualitatif dengan mendidiknya secara bertanggung jawab.

Keluarga adalah sekolah fundamental bagi anak-anak dibidang kehidupan social sehari-hari ( FC. 37 ). Atau dengan kata lain Keluarga adalah pusat katekese sacramental ( Paus Johanes Paulus II, Ad Limina Uskup-uskup USA, 24-9-1083 ). Pengembangan iman sebenarnya tidak hanya terjadi dengan katekese eksplisit dengan kata – kata atau dengan mengajar secara instruksional saja, melainkan lebih-lebih didalam Keluarga adalah dengan kesaksian hidup keagamaan ibu dan ayahnya sendiri ( FC. 38 – 39 ). Para orang tua yang pertama-tama memperkenalkan Tuhan kepada anak-anaknya. Ayah duniawi hendaknya mencerminkan Bapa Surgawi. Dalam hubungan ini orang tua adalah guru ( mengajar ) dan ibu ( mempertumbuh – kembangkan serta ikut memelihara ) dalam bidang iman bagi putera dan puterinya. Orang tua adalah pelayan Gereja, sehingga iman diteruskan dari generasi ke generasi melalui keluarga. Disini Orang tua tidak hanya melihat anak sebagai anak-anak mereka sendiri, tetapi hendaknya juga melihat mereka sebagai anak-anak Allah, saudara dan saudari Yesus, bait Allah Roh Kudus dan anggota Gereja. 

Keluarga sebagai Gereja Mini dapat merupakan saluran iman dan tempat inisiasi Kristen dimulai yakni memperkenalkan dan menghidupi misteri iman secara misteri keselamatan yang terjadi dalam perayaan Liturgi atau perayaan-perayaan sakramen dan yang terjadi melalui peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Keluarga kemudian menjadi sekolah mengikuti Yesus dan menjadi pusat katekese sacramental bagi anak-anaknya. Orang tualah yang pertama-tama memperkenalkan Allah. Keluarga dipanggil secara aktif untuk ambil bagian dalam mempersiapkan putera dan putrinya untuk menerima Sakramen Baptis, Komuni pertama dan juga penerimaan Sakramen Tobat yang pertama. Malah orang-tua dimohon untuk ikut ambil bagian dalam program-program persiapan perkawinan bagi anak-anak yang sudah dewasa. Pendidikan cinta sebagai penyerahan diri, juga tidak boleh dilupakan. Orang tua diharapkan dapat mendidik anak-anaknya dalam bidang seksualitas secara benar, sopan dan hati-hati. Dalam konteks ini pendidikan kemurnian adalah sangat esensial pula ( FC. 37 ). Dalam hal ini sekolah juga diharapkan ikut ambil bagian dalam kerjasama dengan orang tua ( FC. 37 ). Pendidikan teoristis tentu penting agar remaja mempunyai pandangan yang positif dan menyeluruh mengenai seksualitas. Namun contoh nyata orang dewasa – terlebih orang tua sendiri lebih penting karena contoh hidup adalah cara mendidik yang efisien bagi putera-puterinya, keterbukaan dan kerjasama antara orang tua dengan para pendidik lain, yang sama-sama mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan kaum muda, akan dapat secara positif mempengaruhi kedewasaan kaum muda. 

3. Keluarga menjadi Gereja kecil 

Gereja berharap bahwa semua anggota keluarga katolik berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan keluarga mereka sebuah Gereja kecil, sebuah paguyuban umat beriman, seperti digambarkan dalam kitab Kisah Para Rasul (2:41-47 dan 4:32-37). Harapan Gereja itu antara lain diungkapkan secara jelas oleh Paus Yohanes Paulus II dalam seruan apos-toliknya Familiaris Consortio. Di sana ditegaskan beberapa hal berikut (FC 49-64). 

a. Keluarga yang guyub

Sebuah keluarga katolik hanya layak disebut sebagai gereja kecil bila keluarga itu diwarnai oleh suasana guyub, sehingga mewujudkan sebuah communio. Artinya: komunitas yang rukun dan akrab, berdasarkan hormat dan kasih. Juga bila kadang-kadang ada konflik, konflik itu diselesaikan dalam semangat dan suasana hormat dan kasih, bukan dalam suasana emosi yang tak terkendali.

b. Keluarga yang dijiwai oleh iman

Sebuah keluarga katolik juga hanya layak disebut sebagai Gereja kecil bila hidup semua anggotanya dijiwai dengan iman, yang terutama ditandai oleh sikap hormat dan kasih kepada Kristus dan Gereja-Nya. Iman mereka hendak-nya diyakini, dipahami, diungkapkan, dirayakan, diwartakan, dan diamalkan secara terus-menerus, baik di dalam maupun di luar rumah. 

C. Peranan Keluarga dalam Hidup Menggereja dan Masyarakat

1. Keluarga ikut membangun Gereja 

Dalam seruan apostoliknya yang berjudul Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II juga menekankan peran keluarga katolik sebagai sel pembangun Gereja (FC 49-64). Peran penting tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. 

a. Ikut membangun Gereja setempat

Keluarga katolik tidak dapat dan tidak boleh hanya peduli pada kepentingannya sendiri. Ia bukanlah sebuah pulau tersendiri yang terpisah jauh dari pulau-pulau yang lain. Ia merupakan sel terkecil dari Gereja yang lebih luas, yakni Gereja se-lingkungan, Gereja se-wilayah, Gereja se-paroki, Gereja se-keuskupan. Karena itu, keluarga katolik diharap ikut terlibat dalam kehidupan beriman umat setempat, sekurang-kurangnya di lingkungan, wilayah, dan parokinya. 

b. Berkembang bersama umat se-keuskupan

Setiap keluarga katolik yang hidup dan bertempat tinggal di wilayah Keuskupan Agung Semarang diharap berkembang bersama umat se-keuskupan. Hal itu antara lain berarti bahwa semua anggota keluarga katolik diharap mengembangkan kehidupan iman mereka selaras dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang, yang diterbitkan setiap lima tahun sekali. 

2. Keluarga ikut membangun masyarakat

Gereja tidak hanya melihat keluarga sebagai sel pembangun Gereja, melainkan juga sebagai sel pembangun masyarakat. Hal itulah yang juga ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II melalui seruan apostoliknya Familiaris Consortio. Tentang peran penting ini, hal-hal berikut kiranya pantas diperhatikan (FC 42-48). 

a. Ikut membangun masyarakat setempat

Setiap keluarga, termasuk keluarga katolik, merupakan sel terkecil dari masyarakat luas. 

Karena itu, setiap keluarga katolik diharap ikut membangun masyarakat luas, baik di tingkat rukun tetangga, rukun warga, maupun kota/kabupaten. Sebagai sel terkecil dari masyarakat luas, keluarga katolik diharap memberikan sumbangan positif dalam pembangunan masyarakat luas. Berdasarkan amanat Injil, keluarga katolik diharap menjadi “garam yang mengasinkan” dan “pelita yang menerangi” masyarakat di sekitarnya. Dalam kaitan dengan amanat suci ini, keluarga katolik diharap ikut mengambil bagian aktif dalam usaha seluruh masyarakat Indonesia untuk menentang dan mengatasi korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup. 

b. Bersikap tepat terhadap masyarakat

Proses globalisasi se-dunia dan proses reformasi se-tanah-air membawa pengaruh pada seluruh masyarakat di Indonesia, termasuk umat di Keuskupan Agung Semarang. Menyadari adanya pengaruh positif dan negatif dari proses-proses tersebut, semua keluarga katolik di Keuskupan Agung Semarang diharap mau dan mampu mengambil sikap yang tepat terhadap masyarakat, yakni dengan cara: memanfaatkan yang positif dan menolak yang negatif. 



IV. Pertanyaan dan pengendapan 

1. Bagaimana kita sebagai pribadi maupun sebagai keluarga mengalami Tuhan ?

2. Bagaimana kita mesharingkan iman kita dengan anggota keluarga kita yang lain ? Apakah anda lakukan secara individual.

3. Apa tugas dan tanggung Jawab kita sebagai keluarga ?

4. Bagaimana cara kita menumbuhkan rasa Saling pengertian dalam keluarga ?

5. Bagaimana cara kita meningkatkan semangat pelayanan terhadap Gereja dan Masyarakat ?

V. Doa Penutup & Lagu Penutup


DAFTAR PUSTAKA

Nota Pastoral KAS, Menjadikan Keluarga Basis Hidup Beriman, Dewan Karya Pastoral KAS, 2007

Iman Katolik,KWI,Kanisius-Obor,Yogyakarta 2003

Alkitab, LAI,Jakarta 1974 

Dokumen Konsili Vatikan II,R.Hardawiryana,SJ,KWI,Obor,Jakarta 1993

Suami-Istri Katolik Memahami Panggilan Dan Perutusannya, Rm. Al. Purwa Hadiwardoyo, MSF, Komisi Pendampingan Keluarga KAS, 2007

Kamis, 20 Februari 2014

Contoh Penyuluhan: Pemberdayaan Perempuan dalam Gereja (Osner Purba)

Memberdayakan perempuan
(Ilustrasi: rogerstv.com)
Oleh Osner Purba Sib M.Si, Panyuluh Agama Katolik Kota Serang Provinsi Banten

1.   Tema           : PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM GEREJA

2.   Tujuan :
Pertemuan ini bertujuan agar peserta melihat dan menempatkan perempuan sesuai dengan keberadaannya dan segala potensi yang dimilikinya pada posisi yang benar.

3.    Pemikiran Dasar :
a.  Perempuan memiliki potensi dan talenta yang perlu dimanfaatkan dengan baik.
b. Kenyataannya talenta dan potensi pada perempuan kurang dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan dan kebahagiaa dirinya dan orang lain.
c.  Baik dalam sejarah Gereja sepanjang masa maupun dalam sejarah dunia, peranan perempuan dalam kehidupan sangat besar. Ia bisa membangun dunia dan masyarakat, tetapi juga bisa menghancurkan kehidupannya sendiri dan kehidupan orang lain.
d.   Perempuan dari kodratnya memberikan hirup baru kepada manusia.

4.       Pembukaan : Doa
Ya Tuhan alangkah senangnya kalau boleh memiliki kehendak yang kuat. Kami teringat akan orang-orang yang memiliki kamuan keras membaja. Mereka terus berusaha membangun dunia.Diantara mereka terdapat juga banyak perempuan yang mempunyai kemampuan dan kehendak kuat untuk menyelamatkan dunia ini.Maria Bunda Putra-Mu dan Bunda kami adalah Putra-nya.Engkau mengganjar dengan mengangkatNya ke surga dengan jiwa dan raga.Kami mohon dengan perantaraan Bunda perkasa ini agar kami dianugerahi kekuatan dan ketabahan dalam memperjuangkan keberanian dan keadilan. Salam Maria.............

5.       Pengantar Pemandu
Saudar aterkasih, dalam pertemuan ini, kita akan melihat secara khusus posisi perempuan dalam Gereja. Mengapa? Karena permasalahan gender ini lebih banyak menyangkut perempuan. Bagaimana Gereja atau umat beriman menempatkan perempuan dalam status yang sebenarnya?Untuk itu kita mencoba mendiskusikan sebuah kasus yang dialaminya oleh Ibu Ari.

KISAH IBU ARI

Ibu Ari, siapa yang tidak mengenalnya? Sejak masih kuliah, dia sudah aktif di mana-mana : di kampus, di paroki, di masyarakat. Dia memang menyenangkan sehingga pertemuan-pertemuan menjadi terasa kurang lengkap tanpa dia. Wisma Mahasiswa itu terasa sepi kalau dia tak hadir.Berada di sekitarnya bukan karena tertarik pada gagasan-gagasannya yang kreatif dan kerjasama yang rapi, tetapi orang senang karena dia pandai berbicara. Tak hanya pembicaraan  yag berat dan serius, tetapi juga humor-humornya yang segar membuat orang tidak merasa rugi untuk menghabiskan waktu bersama dia. Itulah sebabnya dia mendapat nama kedua : Woro Criwis.

       Perkawinanya tidak membuatnya berubah. Kalau dia boleh disebut seorang ratu, dia bukan hanya ratu rumah tangga : kegiatan-kegitannya membuat namanya dikenal sampai di lua batas paroki, kota, keuskupan dan priponsi tempat tinggalnya.

       Tugas pokoknya adalah menjadi guru Matematika di SMA.Tetapi waktu-waktu kosongnya dipakai untuk membaca banyak buku yang menyangkut kehidupan sosial. Kegiatan-kegiatan sosialnya menjadikan kegemaran membacanya sebagai pemenuhan kebutuhan sehingga ia tidak hanya menjadi orang yang suka ikut-ikutan, tetapi memiliki pendapat, pemikiran, bahkan merumuskan dan meawarkan gagasan, menentukan langkah dan mengevluasi perubahan yang terjadi.

       Kini kedua anaknya sudah besar.Ria anak yang kedua yang kuliah di Fakultas Sosial dan Politik nampaknya tak kalah aktif dibandingkan ketik ibu Ari masih muda. Dan yang menarik adalah anak perempuannya ini dapat dijadikan teman diskusi yang memperkaya.Sudah berapa lama anaknya pulang dan membawa cerita tentang bagaimana dia dan teman-temannya mengembangkan studi tentang perempuan.Dia pun ikut tertarik.Pelan-pelan dia sadari bahwa ada masalah besar di kalangan perempun bangsanya.Dalam perjalanannya ke Bali yang terakhir, perempuan-perempuan yang menjadi kuli bngunan di jalan yang disaksikannya telah mengusik hatinya.Gambaran perempuan dengan pakaian dekil, mengangkat beban berat itu kerap kali muncul di benaknya.Sudah hampir dua semester ini berbagai bahan bacaan tentang perempuan di lalapnya.Ketika adiknya yang mau pulang dari belajar di Amerika menanyakan oleh-oleh yang diinginkan, satu jawabannya ialah buku-buku tentang gerakan perempuan.

       Dia merasa bahwa di dalam hatinya timbul sesuatu yang mengganggu, menentang dan sekaligu mendorong untuk berbuat sesuatu.Dia merasakan tumbuhnya kepekaan baru.Dia jadi mudah tersinggung bila ada berita tentang perempuan yang dilecehkan.Dalam sebuah perjalanan, untuk mengisi waktu, dia membaca “Bekisar Merah” – nya Ahmad Tohari.Dia menitikkan air mata.Apa yang diderita oleh Lasi itu adalah lambang penderitaan banyak sekali perempuan di Indonesia. Juga, kematian Srintil Ronggeng Dukuh Paruk dari penulis yang sama dan Buku Jantera Bianglala adalah kisah nyata yang masih dengan mudah dapat didengar jaman ini. Akan tetapi semuanya dirasakan belum encukupi. Dia ikut beberapa seminar tentang perempuan dan disana ia mengenal teman-teman baru.

       Anak-anaknya sudah beranjak dewasa.Suaminya juga tidak banyak rewel.Dia punya cukup waktu untuk mematangkan gagasannya.“Aku harus memulai,” itulah kata-katanya pada suatu hari. Maka ia mulai bergabung dengan kelompok-kelompok yang aktif dalam gerakan ini. Di sana dia menemukan bekas muridnya. Dia senang.Hanya saja kalau sendirian di rumah dia merasa begitu sepi.Di beberapa kegiatan yang diikuti, dia lebih banyak menemukan pemikir-pemikir serta aktivis vokal yang masih muda, hampir tidak ada yang seumur.Juga tidak ada yang seagama dengannya, Maka dia putuskan untuk menawarkan gagasannya ini kepada teman-teman di paroki dan diorganisasi Wanita Katolik.

       Dia temui beberapa teman.Tanggapannya berbagai macam.Sekian banayk tanggapan itu dia catat baik-baik.Ibu sutanto, misalnya, dosen Akutansi di Universitas Katolik, semula nampak berminat, bahkan sekali pernah mengundang ke rumahnya.Setelah beberapa kali bertemu, Bu Tanto mengatakan, “Ah jeng, mbok jangan aneh-aneh. Kodrat perempuan kan memang begitu. Dia kan memang harus tunduk pada suami, mendidik anak dengan baik. Kalaupun dia bekerja, itu kan hanya untuk keluarganya. Lihat to, nama kita ini. Sejak kawin kan orang tidak memandang saya “Sri”. Saya lbih dikenal dengan ‘Ibu Sutanto”. Kitab Suci saja mengatakan ,”Hai istri, tunduklah kepada suamimu, seperti kepada tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus kepala jemaat..... (Lih Ef 5:22). Dan lagi, kita ini kan memang hanya pembantu suami. Panggilan kita adalah di dalam keluarga.Itulah sbabnya sejak dulu saya tidk masuk organisasi-organisasi gereja. Bukankah Kitab Suci sendiri mengatakan ,” Sama seperti semua jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemun-pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara.Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh Hukum Taurat.Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakan kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan jemaat (1 Kor 14:34 – 35)

       Ibu Ari terkejut sekali dengan jawaban itu, Lalu dia bertanya, “Lo, tetapi ibu kan seorang dosn...?” “Iyah jeng, semua itu kan untuk cari tambahan nafkah, untuk pendidikan anak-nak yang sekarang ini semakin mahal dan lagi suami kan juga senang kalau kita bisa ikut ‘urun-urun” Ini lho Jeng, saya kira lebih menarik, beberapa ibu merencanakan untuk ziarah ke Laourdes.Mereka sudah mengumpulkan uang.Sekarang tinggal mencari seorang untuk mengorganisasikannya. Anda kan selama ini pintar berorganisasi. Bergabung ya....?

       Pembicaraan itu terekam lama di hatinya.Tetapi Ibu Ari tidak tinggal diam. Dia temui ibu Mira yang selam ini terkenal sebagai pengusaha katering yang berhasil.Memang ibu Mira juga berminat.Bahkan dalam perjalanan ziarah ke Sendangsono, bulan Mei yang lalu, dia sempatkan untuk duduk di samping bu Ari.Di dengarnya gagasan-gagasan Bu Ari seperti seorang anak mendengarkan gurunya. Ini sebuah kisah yang lain dari pada kehidupan sehariannya melayani pesanan. Ini juga hal baru selama sekolah di IKIP jurusan Tata Boga tak pernah didengarnya.Dia tertarik pada kisah tentang perempuan di Muangthai yang dijual oleh keluarganya untuk dijadikan pelacur. Dia terkesan juga oleh cerita Sadisah yang menjadi buruh di Tanggerang dan tinggal dibedeng-bedeng kumuh yang ketika Lebaran enggan pulang ke dusun karena tidak membawa oleh-oleh bagi keluarganya yang mengira kalau bekerja di kota pasti akan pulang ke dusun sebagai orang kaya.

       Memang Bu, perempuan-perempuan banyak yang menderita. Menurut saya, itu karena mereka kurang pendidikan sehingga mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat dalam hidup ini. Kalau nanti bu Ari mau memulai sebuah usaha pendidikan untuk mereka, jangan segan-segan mengajak saya.”
Pada suatu hari, Ibu Mira datang ke rumah Ibu Ari. Dia menyerahkan uang satu juta dengan meninggalkan pesan, “bu, ini syukuran, si Nita baru saja luus, silahkan dijadikan modal buat pendidikan anak-anak perempuan....siapa tahu dapat mengurangi jumlah mereka yang harus jadi buruh murah....”

       Bu Ari tercengang.Dua bulan kemudian, pada bulan agustus dia telepon ke rumah Bu Mira, untuk mengajaknya mengikuti seminar tentang perempuan. Tetapi jawaban dari ujung sana membuatnya merasa sendirian lagi. Selama sebulan Bu Mira akan pergi ke luar negeri, ke Amerika dan pulangnya lewat Eropa.  Dia mau mengambil program S2 di Wasington University.

       Untuk  beberapa lama bu Ari merasa sendiri. Dia mau memulai sesuatu.Tetapi masih ad hal yang kurang.Dia harus mempunyai sebuah komunitas.Pada suatu hari di sebuah pesta nikah, dia ditemui oleh Anas bekas muridnya yang menjadi Sarjana Hukum dan aktif di gerakan perempuan. ‘Ya, Bu, tentu kami senang kalau ibu mau bergabung bersama kami, kami punya banyak program penyadaran. Orang-orang kami tinggal bersama perempuan-perempuan yang menjadi korban struktur budaya, sosial, ekonomi dan politik.Kami tulis keadaan mereka, kami ajak melihat sebab-sebabnya.Kami juga mempunyai bagian publiksi yang menyiarkan sebanyak mungkin penderitaan perempuan.Kami mencita-citakan sebuah kesetaraan.Juga, ada bagian Advokasi hukum.Salah satu penderitaan perempuan di negeri ini karena banyak rumusan hukum yang tidak adil.Kami ingin ubah itu bersama-sama. Kami juga membuat jaringan global karena dalam perjuangan ini kami tidak sendirian; seluruh dunia menderita karena perempuan menderita....”

Diskusi
Peserta dibagi dalam kelompok dan diberikan pertanyaa penuntun :
a.  Keprihatinan ibu Ari mengenai perempuan mendapat tanggapan. Dalam tuturan ini ada tiga ibu ; Ibu Susanto, Ibu Mira dan Ibu Anas. Dari ketiga tanggapan itu, Anda tertarik pada tanggapan mana/ Silahkan memilih salah satu saja. Mengapa anda berpendapat bahwa tanggapan orang yang Anda pilih itu adalah yang baik?
b.   Saya anggap tanggapan ibu .....adalah tanggapan yan pling baik karena .....................
c.   Saya tidak mengganggap tanggapan ibu ....sebagai tanggapan yang terbaik karena ................
d.  Tanggapan dari lingkungan saya kebanyakan dekat dengan tanggapan saya................ dengan contoh .......

6.    Kelompok Masuk dalam pleno
Peserta diminta untuk memilih dari ketiga kekuatan ibu-ibu itu.Bagaimana kekuatan nilai yang dipilih itu mau dikembangkan.

7.    Perluasan pandangan dan Refleksi
Pemandu :
Kalau masing-masing kelompok dengan alasannya memilih kekuatan-kekuatan yang ada pada ketiga ibu tersebut, ya... pasti ada segi positifnya dan negatifnya juga.Kita tidak melihat mana yang benar dan mana yang salah, tetapi mau meliaht nilai atau kekuatan yang harus dikembangkan demi mengatasi permasalahan gender sehingga baik laki-laki maupun perempuan dapat menghayati hidupnya sesuai dengan kepribadiannya.

Gereja dalam Gaudium et Spes 8 mengatakan ,”Adapun dalam kehidupan keluarga muncullah berbagai ketidakserasian, baik dengan kondisi kependudukan, ekonomi dan sosial, yang serba mendesak, maupun karena kesulitan-kesulitan yang timbul antara angkatan-angkatan yang beruntun atau pun juga karena hubungan-hubungan sosial yang baru antara laki-laki dan perempuan.”

Dengan ini Gereja juga melihat adanya ketidakserasian dalam relasi laki-laki dan perempuan akibat perjalanan waktu dan perkembangan relasi dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan sosial. Dalam GS 9 dinyatakan, “ Kaum perempuan menuntut kesamaam dengan kaum laki-laki berdasarkan hukum maupun di dalam kenyataan, bila kesamaan itu belum mereka peroleh’.

Dengan ini Gereja juga menghendaki kesamaan laki-laki dan perempuan sesuai dengan keberadaan masing-masing.

Sebab itu GS 60 jelas-jelas melihat bahwa sudah waktunya kesamaan harus diwujudkan dalam : “karena sekarang terbuka peluang untuk membebaskan jumlah orang yang amat besar dari bncana kebodohan, maka merupakan kewajiban yang cocok sekali denagn jaman sekarang, terutama bagi umat kristen, untuk dengan tekun berupaya supaya di bidang ekonomi maupun politik pda tingkat nasional maupun tingkat internasional diambil keputusan-keputusan fundamental agar dimanapun juga diakui dn diwujudkan secara nyata hak semua orang atas kebudayaan manusiawi, soal, selaras dan martabat pribadi, tanpa membeda-bedakan suku, laki-laki dan perempuan, bangsa, agama atau kondisi sosial.....”

Di Indonesia, himbauan Gereja ini perlu juga diperhatikan bersama karena permasalahan perempua cukup memprihatinkan. Kalau kita kembali melihat refleksi dan sharing-sharing pengalaman sesama di atas....lalu bagaimana sikap kita pada masa mendatang, apakah yang mau kita laksanakan sebagai tanggapan atas himbauan Gereja dalam situasi kita ini?

8.   Tindakan ke Masa Depan
a.  Menanggapi segala kekerasan dengan cara bijaksana. Ini harus dimulai dari diri sendiri.
b.  Membina saat-saat kebersamaan, seperti makan bersama, rekreasi bersama, doa bersama (baik di dalam komunitas dan di dalam keluarga)
c. Mengubah hubungan-hubungan negatif seperti perbudakan, majikan-buruh dengan hubungan positif seperti persaudaraan, rekan kerja, baik di tempat kerja, di sekolah, di rumah dengan anak, pembantu, serta tetangga.
d. Perjuangan disesuaikan dengan kesadaran dan ketabahan
e. Perlu dialog dan pembicaraan bersama dalam menghdapi persoalan dan masalah, baik di dalam keluarg maupun di dalm komunitas.

9.   Penutup
Doa spontan oleh peserta, kemudian disatukan dengan doa Bapa Kami dan diakhiri dengan lagu.

 ***

Selasa, 18 Februari 2014

Martabat Manusia versus HIV dan AIDS (Perspekstif Agama Katolik)

HIV AIDS
(ilustrasi: indonesia.ucanews.com)
Pengantar

Manusia diciptakan sebagai “gambar/citra Allah” karena itu mulia derajatnya, banyak kemampuannya, besar tanggung jawabnya.Manusia adalah makhluk paling berharga di mata Allah, oleh karena itu manusia harus saling menjaga martabat mulia dan luhur itu dari bahaya kerusakan dan gangguan atas hidupnya, termasuk dari bahaya HIV dan AIDS

Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. “…, Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak di atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kej 1:26)

Mengenal HIV dan AIDS dan Cara Penularannya

AIDS (acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus yang merusakkan sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh manusia melawan semua penyakit yang datang. Virus tersebut disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit AIDS menduduki peringkat keempat penyebab kematian pada manusia dewasa di seluruh dunia. 

Di Indonesia kasus HIV pertama kali ditemukan 24 tahun yang lalu. Sejak tahun 2000, Indonesia tergolong sebagai Negara dengan epidemik HIV terkonsenterasi (karena prevalensi HIV pada populasi pecandu narkoba suntik/Penasun, PS/Penjaja seks, waria dan LSL/lelaki suka lelaki, di beberapa kota mencapai lebih dari 5 %). Secara khusus di Propinsi Papua, , epidemik HIV cenderung telah memasuki populasi umum yang menyebar 2,4 % populasi masyarakat umum dewasa. Lima propinsi terbesar penderita HIV dan AIDS adalah Bali, Jakarta, Batam, Surabaya dan Medan.

Cara penularannya meliputi (1) darah: transfusi darah, terkena darah HIV positif pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang tertular, pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan dipakai bersama-sama, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit (yang tidak steril dan dipakai bersama); (2) hubungan seksual: carian semen, air mani, sperma dan peju pria. Misalnya laki-laki berhubungan dengan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks. Carian vagina pada perempuan. Misalnya berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam meminjam alat bantu seks, oral seks. (3) Melalui ibu yang HIV positif kepada bayi yang dikandungnya: melalui proses kehamilan, proses menyusui, proses persalinan.



Komitmen untuk Sosialisasi Pengetahuan Komprehensif tentang HIV dan AIDS

Di tengah martabat manusia yang luhur itu, timbul penyakit HIV dan AIDS yang membahayakan kehidupan manusia. Di Indonesia, epidemi dan HIV dan AIDS dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang dapat menghancurkan generasi sekarang dan yang akan datang. 

HIV dan AIDS dipandang tidak saja menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga terkait dengan masalah spiritualitas, psikososial, lingkungan, sosial, ekonomi, hukum dan politik.

Untuk itu, semua agama berkomitmen untuk memberikan tuntunan dan pedoman dalam semua aspek kehidupan termasuk sosialisasi HIV dan AIDS guna mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya. 

Kebersamaan semua agama dalam komitmen ini merupakan kekuatan penting dalam mewujudkan kesinambungan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Sinergi dengan semua pihak terkait dapat mengoptimalkan upaya bersama dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS.



Penutup 

Martabat manusia amat berharga di hadapan Tuhan, oleh karena itu setiap orang harus menghargai tubuh dan kehidupannya, dan memuliakan dan mengabdi Tuhan lewat ketubuhan dan kehidupannya untuk kebahagiaan semua umat manusia. Bagi Indonesia, upaya pencegahan dan penanggulangan ini, dapat mengurangi dampak bahaya HIV dan AIDS bagi generasi penerus bangsa. 


Refleksi/Khotbah:

Martabat Manusia berhadapan dengan HIV dan AIDS 

Manusia memiliki harkat dan martabat yang tinggi di hadapan Tuhan, sekalipun ia miskin, kaya, lemah, sakit. Mereka yang terkena HIV, penderita AIDS juga merupakan makhluk berharga di mata Tuhan. Untuk itu, setiap manusia dipanggil untuk menjunjung kehidupannya.

Paus Yohanes Paulus II menegaskan: “Manusia dipanggil kepada kepatuhan hidup, yang jauh melampaui dimensi-dimensi hidupnya di dunia, sebab terdiri dari partisipasi dalam kehidupan Allah sendiri. Keluhuran panggilan adikodrati ini mewahyukan keagungan dan nilai tak terhingga hidup manusiawi bahkan pada tahap yang sementara ini”

Paus mendesak untuk bersama-sama dapat menyajikan kepada dunia kita ini tanda-tanda baru pengharapan. Ada semacam perang antara ‘budaya kehidupan’ dan ‘budaya kematian’. Akar terdalam dari peperangan ini adalah surutnya kesadaran akan Allah dan akan manusia, ciri iklim sosial dan budaya yang didominasi oleh sekularisme.

Mereka yang membiarkan diri dipengaruhi oleh iklim itu akan mudah terjebak dalam lingkaran setan yang menyedihkan; bila kesadaran akan Allah hilang, ada kecenderungan pula untuk kehilangan kesadaran akan manusia, martabat dan hidupnya.

Keprihatinan Pastoral

Ancaman serius dari HIV dan AIDS menimbulkan keprihatinan yang mendalam akan terciptanya tatanan kehidupan yang manusiawi (baca: budaya kehidupan). Itu semua adalah tanggung jawab semua orang. Akan tetapi komitmen ini tidak mengesampingkan atau mengurangi tanggung jawab masing-masing perorangan, yang oleh Tuhan dipanggil menjadi sesama bagi setiap orang, “Pergilah dan perbuatlah demikian!” (Bdk. Luk 10:37).

Apa yang harus kita lakukan

  • Membangun kehidupan yang manusiawi demi kesejahteraan umum.
  • Berhubungan dengan kelompok orang-orang seperti ini, kita berdiskusi masalah moral untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
  • Berpastoral yang meliputi empat hal: (1) berkaitan dengan fisik: pembebasan dari ketergantungan fisik, (2) mental: mengembalikan kepercayaan diri sebagai pribadi berharga, (3) sosial: kemampuan membangun relasi yang manusiawi (4) spiritual: pengalaman akan Allah.
  • Kasus HIV dan AIDS mengubah kecenderungan manusia dari materia menjadikan sumber kehidupannya adalah ‘materia’, maka dibutuhkan solidaritas global untuk mengembalikan martabat manusia sebagai pembangun budaya hidup.



Penutup (refleksi)

Alkisah, ada seorang yang terperosok ke dalam lubang. Orang itu berteriak minta tolong. Kebetulan ada pejalan kaki lewat dekat lubang itu, Ia menolong tetapi tangannya tak mampu menggapai orang itu. Dengan menyesal ia pergi. Tak berapa lama datang pula seorang dengan tongkat. Ia pun menolongnya dengan tongkat. Apa daya ketika hampir terangkat, tongkat itu patah. Lewat pula seorang rabi. Dia mendengar rintihan orang itu dan masuk ke lubang lalu menyuruh naik lewat pundaknya sambil berkata: “Pergilah dengan damai!”. AMIN



(Khotbah ini diambil dari tulisan RD. Pius Riana Prabdi, dengan beberapa penyesuaian)


Contoh Materi Penyuluhan Agama Katolik untuk Kategori Masyarakat Umum

Yesus mewartakan Kerajaan Allah
(ilustrasi: mely-phoenix7aurora.blogspot.com/
Di bawah ini disajikan contoh materi penyuluhan agama Katolik untuk kategori Masyarakat Umum. Materi ini merupakan hasil pertemuan penyusunan materi penyuluhan agama Katolik yang diikuti para penyuluh agama Katolik PNS sebanyak 30 orang dari berbagai Provinsi di Indonesia di Bogor dari tanggal 25 s.d. 30 Agustus 2013
===================
HIDUP DALAM SEGALA KELIMPAHAN

Proses Penyuluhan:
LAGU PEMBUKAAN: ...............(Dengan Gembira, PS 319)

TANDA SALIB


SALAM PEMBUKAAN
Semoga Allah, Sumber segala harapan, melimpahkan penghiburan iman kepada kita sekalian.
Sekarang dan selama-lamanya...

TEMA

Selamat..... Bapak, Ibu, Saudara/i sekalian yang kami kasihi dalam Kristus. Pertemuan kita kali ini akan mengusung tema KELIMPAHAN HIDUP. Semoga dari tema ini kita nantinya akan mendapatkan pemahaman yang relatif lebih baru tentang makna sesungguhnya kelimpahan hidup menurut Yesus dalam Yoh. 10:10.

PEMERIKSAAN BATHIN

Agar pantas dan layak kita mengundang Tuhan dalam kegiatan ini, marilah kita menyesali semua dosa dan kesalahan kita. Hening sejenak....Saya Mengaku...

ABSOLUSI: 

Semoga Allah yang Maha Rahim, mengampuni dosa-dosa kita serta berkenan menganugerahkan kepada kita kehidupan yang kekal. Amin.

DOA PEMBUKAN:

Allah Bapa, Sumber Pengaharapan kami. Kepada-Mu kami haturkan sembah dan syukur kami atas setiap anugerah dan rahmat yang kami terima. Kami mohon, kiranya Engkau berkenan untuk hadir bersama kami saat ini agar kami mampu menyelami kehendak-Mu bagi hidup kami melalui kegiatan penyuluhan yang saat ini kami laksanakan. Kiranya kegiatan ini menjadi satu pujian bagi nama-Mu, kini dan sepanjang Masa. Amin

PENYAMPAIAN MATERI PENYULUHAN

Pertanyaan Pretest: 

- Apa perasaan anda setelah menyimak video tadi?

- Apakah Nick menurut Anda hidup dalam kelimpahan?

- Apa yang Anda ketahui tentang Hidup dalam Kelimpahan?

- Menurut Anda, apakah yang harus kita lakukan jika ingin hidup dalam Kelimpahan? 
Menguraikan Materi: 

Yoh 10:10

..........Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.


KELIMPAHAN HIDUP

Lebih Dari Sekadar Kekayaan Material-Finansial



Setelah kita memahami ilmu (resep / kunci / kiat)-nya, kita tahu bahwa kelimpahan harta benda dan uang yang kita inginkan pasti dapat diperoleh. Tetapi, hanya menginginkan dan memperoleh kelimpahan harta benda dan uang semata pasti akan membuat kita tetap merasa kekurangan. Kita akan merasa bahwa apa yang kita inginkan dalam hidup kita belum seutuhnya terpenuhi. Kita akan merasa bahwa masih ada hal lain yang juga kita butuhkan namun belum kita miliki. Bahkan, hanya menginginkan kelimpahan harta benda dan uang semata bisa menyesatkan.



Karena itu, kita perlu menyesuaikan atau menyelaraskan persepsi kita dengan pengertian ”kaya” sebagaimana dimaksud oleh Tuhan Yesus. ”Kekayaan” sebagaimana dimaksud oleh Tuhan jauh melampaui kelimpahan harta benda dan uang semata. Di samping kelimpahan harta benda dan uang, kita bisa dan boleh mencari, mendapatkan, dan menikmati bentuk-bentuk kekayaan yang lain, karena Tuhan justru menghendaki agar kita mempunyai hidup dalam segala kelimpahan, dalam segala bentuk kekayaan (bdk. Yoh.10:10 – Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan; sangat jelas dan eksplisit bahwa Tuhan tidak menghendaki kita hidup dalam serba kekurangan atau hanya memiliki salah satu bentuk kekayaan saja; sebaliknya, Tuhan menghendaki agar kita mempunyai hidup dalam segala kelimpahan, mempunyai hidup dalam segala kekayaan).

Maka dari itu, kita perlu mengenal jenis-jenis kekayaan yang lebih dari sekadar kelimpahan harta benda dan uang, yaitu jenis-jenis kekayaan yang kekal dan agung, yang meliputi juga kekayaan spiritual dan kekayaan mental. Kekayaan yang kekal dan agung ini justru harus kita miliki seluruhnya dan seutuhnya; bukan karena serakah, tetapi karena -kalau kita hanya mengejar salah satu jenis kekayaan- kekayaan yang kekal dan agung justru tidak dapat kita miliki dan kita nikmati.

“Hidup dalam segala kelimpahan” mencakup:

Kekayaan2 Agung dan Kekal yakni:

Kekayaan Spiritual
a. Iman
b. Pengharapan
c. Kasih

Kekayaan Mental
a. Sikap Mental Positif
b. Kedamaian Pikiran
c. Keterbukaan Pikiran
d. Disiplin Diri
e. Kemampuan Memahami Orang Lain
f. Kemampuan Membina Hubungan Manusia dalam Keselarasan “Hidup dalam segala kelimpahan” ………

Kekayaan Material

a. Kesehatan Fisik
b. Keamanan Ekonomis (Kemakmuran Material-finansial).

Penjelasannya:

1. Kekayaan Spiritual

Tidak ada keberhasilan besar dan terus-menerus yang dicapai atau dapat dicapai oleh seseorang kecuali orang tersebut mengakui dan menggunakan kekuatan spiritual. Kekuatan spiritual, walaupun tidak nampak / tidak berwujud, merupakan yang terbesar dari semua kekuatan.

Kekayaan Spiritual ……….

a. Iman 

Iman merupakan kekayaan, karena Iman adalah kekuatan adikodrati (supernatural) yang memungkinkan manusia memperoleh apa saja yang dipercayainya dapat diperolehnya, bahkan kekayaan surgawi sekalipun. Iman adalah kekuatan misterius yang menakjubkan, yang mencengangkan banyak ilmuwan selama berabad-abad, karena:

Kekayaan Spiritual: Iman …………

Dengan Iman, seseorang dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh semua uang yang ada di dunia ini;

Iman adalah kekuatan yang tiada bandingnya dan tidak mengenal kata “mustahil”;

Iman adalah dasar dari semua yang dinamakan keajaiban, mukjijat, dan dari banyak misteri yang tidak dapat dijelaskan oleh logika atau ilmu pengetahuan;

Iman memungkinkan kita untuk mencapai apa saja yang dapat kita pahami dan kita yakini;

Kekayaan Spiritual: Iman ………


Dengan Iman, pikiran seseorang dapat berhubungan secara langsung dengan sumber besar universal, yaitu Intelegensi Tanpa Batas Sang Pencipta Yang Maha Kaya dan Maha Pemurah;

Melalui Iman, Intelegensi Tanpa Batas Sang Pencipta memberikan bimbingan kepada seseorang menuju semua hal yang diinginkannya; kekuatan bimbingan Intelegensi Tanpa Batas Sang Pencipta ini tidak akan membawa sesuatu yang diinginkan seseorang, melainkan akan membawa orang tersebut pada pencapaian obyek yang diinginkannya; 

Kekayaan Spiritual: Iman …………

Jika dipadukan dengan doa, Iman menjadi “bahan kimia” spiritual yang memberikan hubungan langsung dan cepat antara seseorang dengan Intelegensi Tanpa Batas Sang Pencipta;

Melalui Iman, yang dapat disebut “dorongan utama jiwa”, maksud-maksud, hasrat, dan tujuan seseorang dapat diterjemahkan / dijelmakan menjadi kenyataan fisik atau finansial;

Iman membimbing semua usaha manusia yang konstruktif, merupakan penyebab utama dari semua kemajuan manusia, dan benteng utama peradaban;

Kekayaan Spiritual: Iman …………

Iman adalah sebab paling mendasar dari perkembangan peradaban yang mengarah pada kebebasan setiap manusia;

Iman memberikan kekuatan, inspirasi, dan tindakan bagi pikiran yang positif;

Iman adalah kekuatan yang menyebabkan pikiran yang positif menjadi sebuah “elektro magnet” yang secara pasti menarik imbangan fisik dari pemikiran yang diekspresikannya;

Iman memberikan kepanjangan akal daya kepada pikiran yang memungkinkan pikiran untuk memanfaatkan semua yang datang kepadanya;

Kekayaan Spiritual: Iman …………

Iman mengenali kesempatan-kesempatan yang baik dalam setiap keadaan hidup seseorang dan dapat menyediakan cara untuk mengubah kegagalan ataupun kekalahan menjadi keberhasilan;

Iman memungkinkan orang untuk menembus ke dalam rahasia-rahasia Alam dan memahami bahasa Alam seperti diekspresikan dalam semua hukum alam;

Kekayaan Spiritual: Iman …………

Iman adalah tanah subur dari kebun pikiran manusia di mana dapat dihasilkan semua kekayaan hidup;

Iman adalah “multivitamin abadi” yang memberikan kekuatan kreatif dan tindakan bagi impuls pikiran;

Iman adalah kekuatan yang mampu mengangkat orang-orang kecil dan sederhana ke tingkat keagungan;

Iman adalah ungkapan rasa terima kasih atas hubungan manusia dengan Penciptanya.

Kekayaan Spiritual …………..

b. Pengharapan 

Pengharapan merupakan kekayaan, karena:
Kekayaan Spiritual: Pengharapan ………….
Pengharapan adalah pelopor dari Iman;
Pengharapan menguatkan seseorang dalam masa darurat, di mana –tanpa pengharapan- ketakutan akan mengambil alih;
Pengharapan adalah dasar dari bentuk kebahagiaan yang paling dalam;
Pengharapan membuat jiwa manusia berjaga-jaga dan aktif, serta membebaskan jalur komunikasi seseorang dengan Intelegensi Tanpa Batas Sang Pencipta;

Kekayaan Spritual: Pengharapan ………….

Pengharapan adalah agen dan dekorator ilahi untuk bentuk-bentuk kekayaan hidup lainnya;
Pengharapan adalah ibu yang melahirkan tindakan, antusiasme, vitalitas, optimisme, kegigihan, keuletan, dan banyak lainnya, di mana dengan ini semua, kita dapat mentransformasikan keinginan menjadi kenyataan fisik / material.

Kekayaan Spiritual ……………

c. Kasih

Kasih merupakan kekayaan, karena:
Kekayaan Spiritual: Kasih ………..
Tidak ada manusia yang lebih kaya daripada dia yang melakukan pekerjaan atas dasar kasih dan yang sibuk melibatkan diri dalam pelaksanaannya, karena pekerjaan yang dilakukan tanpa mengharapkan bayaran merupakan bentuk tertinggi dari pengungkapan keinginan manusia. 
Kekayaan Spiritual: Kasih ………..


Pekerjaan adalah perantara antara tuntutan dan pemenuhan semua kebutuhan manusia, pelopor dari semua kemajuan manusia, media pewujudan imajinasi manusia. Semua pekerjaan yang dilakukan atas dasar kasih bersifat suci, karena pekerjaan itu mendatangkan sukacita pengungkapan diri (aktualisasi diri) bagi orang yang melakukannya. 
Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Jika seseorang melakukan hal yang paling dia sukai, maka hidupnya akan diperkaya, jiwanya akan dipenuhi, dia akan menjadi inspirasi untuk Pengharapan dan Iman, juga dia akan menjadi dorongan semangat bagi semua orang yang berhubungan dengannya (relasi-relasinya). 
Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Sukacita karena keterlibatan dalam pekerjaan yang dilakukan atas dasar kasih adalah obat paling mujarab bagi kemurungan jiwa, frustrasi, dan ketakutan; dan itu merupakan pembangun dari kesehatan fisik yang tiada taranya.

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..
Seseorang yang tidak mempelajari seni membagi berkat dengan orang lain tidak menemukan jalan yang benar menuju kebahagiaan yang abadi, karena kebahagiaan hanya timbul dari membagi berkat dirinya. 

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Kebahagiaan terletak bukan pada memiliki, tetapi pada melakukan, yaitu membagikan berkat-berkatnya (mengaktualisasikan / menyatakan kemurahan hatinya). 

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Jika hasrat atau dorongan seseorang untuk meminta atau mengharapkan imbalan masih lebih besar ketimbang hasrat atau dorongan untuk memberi dan membagi berkat, maka orang tersebut belum benar-benar kaya. Hanya orang yang memiliki hasrat atau dorongan untuk memberi dan membagi berkatlah yang benar-benar kaya.

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Ruangan yang ditempati seseorang di dalam hati orang lain sangat ditentukan oleh pelayanan yang diberikan orang itu melalui suatu bentuk berbagi. Semua kekayaan dapat ditambahkan atau dilipatgandakan dengan proses berbagi yang sederhana, apabila kekayaan itu berguna bagi orang lain (bdk. Kisah Lima Roti dan Dua Ikan yang mampu memberikan kekenyangan kepada ribuan orang di Mat 14:13-21, ”Yesus memberi makan lima ribu orang”; atau paralelnya: Mrk 6:30-44, Luk 9:10-17, atau Yoh 6:1-15). 

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Tentu saja ada batas dalam hal pemberian fisik, namun semangat membagi berkat, semangat kemurahan hati, tidak ada habisnya. Kelalaian atau penolakan untuk membagi berkat adalah cara yang pasti untuk memutuskan jalur komunikasi antara seorang manusia dan jiwanya. 

Kekayaan Spiritual: Kasih ………..

Kasih adalah dorongan dari dalam diri (hati / pikiran) seseorang untuk membahagiakan dan memuliakan orang lain. 

2. Kekayaan Mental:

a. Sikap Mental Positif

Semua kekayaan, termasuk juga kekayaan material / finansial, dimulai sebagai suatu kondisi mental (pikiran). Sebaliknya, yaitu tiadanya kekayaan, termasuk tiadanya kekayaan material / finansial, juga dimulai sebagai suatu kondisi mental (pikiran). 

Kekayaan Mental: Sikap Mental Positif ……….

Sikap mental seseorang memiliki daya magnetik yang menarik kepadanya materi yang setara dengan semua ketakutan, keinginan, keraguan, dan keyakinan. Sikap mental juga merupakan faktor yang menentukan apakah doa seseorang mendatangkan hasil negatif atau positif. Sikap mental tidak lain adalah sebab kecil untuk sesuatu yang menakjubkan. Sikap mental negatif akan menarik kondisi-kondisi negatif (kemiskinan, kesengsaraan, kegelisahan, kegagalan, frustrasi, dll.); 

Kekayaan Mental: Sikap Mental Positif ……….

sedangkan sikap mental positif akan menarik kondisi-kondisi positif (kekayaan, kebahagiaan, kedamaian hati, kegembiraan, keberhasilan, optimisme, dll.). Karena daya tariknya yang kuat dalam mendatangkan kondisi-kondisi positif inilah sikap mental positif merupakan sebuah kekayaan.

Kekayaan Mental ……….

b. Kedamaian Pikiran (kebebasan dari ketakutan / kekuatiran)

Kedamaian pikiran merupakan kekayaan, karena tanpa kedamaian pikiran, seseorang tidak dapat benar-benar menjadi kaya. Kedamaian pikiran adalah lebih dari sekadar keadaan yang tenang. Kedamaian pikiran, pada saat yang sama, adalah tenang dan dinamis; atau, dapat dikatakan, dasar yang tenang dan dinamika hidup berada di atasnya.

Kedamaian pikiran mewujudkan dirinya dalam banyak cara, antara lain: 

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari kekuatan-kekuatan negatif yang dapat menguasai pikiran, dan kebebasan dari sikap negatif seperti kekuatiran dan perasaan rendah diri;

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari perasaan berkekurangan;

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari penyakit mental dan fisik jenis apa pun yang ditimbulkan oleh diri sendiri, yang secara kronis merendahkan kehidupan;

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………..

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari semua ketakutan;

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari kelemahan umum manusia yang mencari sesuatu secara cuma-cuma;

Kedamaian pikiran adalah memiliki sukacita atas pekerjaan dan prestasi;

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan menjadi diri sendiri;

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………..

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan memeriksa sikap terhadap kehidupan dan terhadap sesama manusia, dan selalu menyesuaikan sikap ini agar menjadi lebih baik;

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan menolong orang lain agar orang tersebut dapat menolong dirinya sendiri;

Kedamaian pikiran adalah kebebasan dari kecemasan tentang apa yang akan terjadi setelah meninggal;

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………..

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan melakukan sesuatu melebihi tanggungjawab dalam semua hubungan antar sesama manusia;

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan berpikir dalam bentuk apa yang ingin dilakukan, dan bukannya memikirkan hambatan-hambatan yang mungkin menghalangi jalan; 

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan menertawakan kemalangan kecil yang mungkin dialami;

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………..

Kedamaian pikiran adalah kebiasaan memberi sebelum memperoleh;

Dan seterusnya.

Kedamaian pikiran mencakup bidang yang luar biasa luas. 

Orang yang diperbudak oleh ketakutan / kekuatiran tidak dapat disebut kaya atau bebas. Ketakutan / kekuatiran adalah pertanda kejahatan, suatu penghinaan kepada Sang Pencipta yang telah memperlengkapi manusia dengan kemampuan untuk menolak apa saja yang tidak diinginkannya. 

Kedamaian pikiran ……….

Kita perlu selalu berusaha untuk mengamati secara mendalam jiwa kita dan untuk memastikan bahwa tidak satu pun ketakutan dasar bersembunyi di dalam diri kita. Apabila semua ketakutan diubah menjadi Iman, kita akan tiba pada titik dalam hidup kita di mana kita dapat menguasai pikiran kita sendiri;

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………….

dan melalui penguasaan atas pikiran itu, kita dapat mencapai semua yang kita inginkan dalam hidup serta menolak semua yang tidak kita inginkan. Kedamaian hati hanya akan dialami, apabila semua jenis ketakutan telah ditaklukkan dan kekuatiran disingkirkan. Tanpa kebebasan dari ketakutan dan kekuatiran ini, tanpa kedamaian pikiran, jenis kekayaan hidup lainnya tidak akan berguna.

Kekayaan Mental: Kedamaian Pikiran ………….

Kedamaian pikiran membantu kita menjalani kehidupan kita sesuai dengan keperluan kita sendiri, dengan nilai-nilai yang kita pilih sendiri, sehingga setiap hari kehidupan kita menjadi semakin kaya dan semakin hebat.

Kekayaan Mental ……


c. Keterbukaan Pikiran

Pikiran yang terbuka menjaga seseorang secara abadi dalam proses pendidikan dan perolehan pengetahuan untuk dapat menguasai pikirannya dan mengarahkannya kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. Pendidikan seseorang tidak akan pernah selesai. Hanya orang yang mempertahankan pikiran terbukalah yang benar-benar terpelajar, dan -dengan demikian- siap untuk menerima serta menggunakan semua bentuk kekayaan yang besar. 

Kekayaan Mental: Keterbukaan Pikiran

Pikiran yang terbuka adalah pikiran yang selalu dan setiap waktu toleran pada dan siap menerima semua hal, semua orang. 

Pikiran yang tertutup mengurangi dan memutuskan jalur komunikasi antara seseorang dengan Intelegensi Tak Terbatas Sang Pencipta. 

Kekayaan Mental: Keterbukaan Pikiran

Orang yang memiliki tujuan utama dalam hidupnya, tujuan yang mulia dan pasti, harus selalu belajar; dan dia harus belajar dari setiap sumber yang memungkinkan, terutama sumber-sumber yang dapat memberinya pengetahuan khusus dan pengalaman yang berhubungan dengan tujuan utamanya tersebut. 

Kekayaan Mental: Keterbukaan Pikiran

Orang yang memiliki tujuan utama dalam hidupnya membiasakan diri dengan penuh tanggungjawab untuk membaca buku-buku / bacaan-bacaan yang berhubungan dengan tujuan tersebut; dan dengan demikian, memperoleh pengetahuan penting yang berasal dari pengalaman orang lain yang telah mengalaminya / mengetahuinya terlebih dahulu.

Kekayaan Mental: Keterbukaan Pikiran

Program bacaan harus direncanakan secara cermat sebagai makanan sehari-hari; dan tanpa “makanan” itu, seseorang tidak dapat bertumbuh secara rohaniah. Membaca serampangan mungkin memberikan kesenangan, tetapi jarang bermanfaat bagi pencapaian tujuan utama seseorang.

Kekayaan Mental: Keterbukaan Pikiran

Selain bacaan, rekan-rekan atau relasi-relasi juga merupakan sumber pendidikan. Dengan memilih rekan-rekan atau relasi-relasi dengan cermat, seseorang dapat bersekutu dengan orang-orang yang dapat memberinya pendidikan bebas melalui percakapan biasa.

Kekayaan Mental ………..

d. Disipilin Diri

Disipilin diri adalah satu-satunya cara yang membuat seseorang dapat sepenuhnya menguasai pikirannya sendiri dan mengarahkannya kepada pencapaian akhir apa pun yang mungkin ia inginkan.

Kekayaan Mental: Disiplin Diri ……..

Orang yang tidak menguasai dirinya sendiri, yang tidak menjadi tuan atas dirinya sendiri, tidak akan pernah sukses menjadi tuan atau penguasa atas sesuatu di luar dirinya sendiri. Seseorang yang menjadi tuan atas dirinya dapat menjadi tuan atas peruntungannya sendiri di dunia, dan “Tuan atas Nasibnya, Kapten dari Jiwanya”.

Kekayaan Mental: Disiplin Diri ……..

Bentuk tertinggi dari disiplin diri tercakup di dalam pengungkapan kerendahan hati setelah seseorang mencapai kekayaan yang besar atau mendapatkan pengakuan yang luas atas pelayanan yang diberikan (kekayaan / popularitas / kemasyhuran / kehormatan yang telah diperolehnya tidak mampu mengambil alih posisi dan statusnya sebagai tuan atas dirinya sendiri). 

Kekayaan Mental ………..

e. Kemampuan untuk memahami orang lain

Orang yang dapat memahami orang lain mengetahui dan mengakui bahwa semua orang pada dasarnya adalah sama, yang berkembang dari tangkai yang sama. Dia juga tahu bahwa semua kegiatan manusia, baik atau buruk, diilhami oleh satu atau beberapa dari kesembilan motif hidup dasar (4 emosi & 5 hasrat).

Kekayaan Mental: Kemampuan untuk memahami ………..

Kesembilan motif dasar tersebut adalah:

Emosi Cinta
Emosi Seks
Hasrat untuk memperoleh kekayaan materi
Hasrat untuk menyelamatkan diri
Hasrat untuk memperoleh kebebasan pikiran dan tubuh
Hasrat untuk mengekspresikan diri
Kekayaan Mental: Kemampuan untuk memahami ………..
Hasrat untuk memperoleh kehidupan kekal setelah mati
Emosi Kemarahan
Emosi Ketakutan.

Kekayaan Mental: Kemampuan untuk memahami ………..

Orang yang dapat memahami orang lain terlebih dahulu harus memahami dirinya sendiri, karena -dalam kondisi-kondisi yang sama- motif-motif yang mengilhaminya untuk bertindak adalah motif-motif yang juga mengilhami orang lain untuk bertindak.

Kemampuan untuk memahami orang lain adalah dasar dari semua persahabatan, dasar dari semua keselarasan dan kerjasama di antara orang-orang, dan dasar dari segala bentuk kepemimpinan yang memerlukan kerjasama yang baik.

Kekayaan Mental ………..

f. Kemampuan membina hubungan manusia dalam keselarasan
Kekayaan Mental: Kemampuan membina hubungan ………..

Ada dua bentuk keselarasan, yaitu: 

1. keselarasan dengan diri sendiri; dan 
2. keselarasan dengan orang lain. 

Kekayaan Mental: Kemampuan membina hubungan ………..

Pertama-tama, seseorang harus menetapkan keselarasan di dalam dirinya sendiri lebih dahulu; dan untuk menetapkan keselarasan di dalam diri ini, perlu penguasaan atas ketakutan, pemeliharaan sikap mental yang positif, pelaksanaan tujuan utama dalam hidup. Jika seseorang berdamai dengan dirinya sendiri, dia tidak akan mendapatkan kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain dalam semangat keselarasan. 

Kekayaan Mental: Kemampuan membina hubungan ………..

Perselisihan dalam hubungan antara sesama manusia seringkali merupakan akibat dari kekacauan, frustrasi, ketakutan, dan keraguan di dalam diri seseorang yang memproyeksikan / memantulkan keadaan pikiran negatif ini pada orang lain, sehingga dengan demikian membuat keselarasan tidak mungkin tercapai. Keselarasan dengan orang lain dimulai dengan keselarasan dengan diri sendiri.

3. Kekayaan Material

a. Kesehatan Fisik
Tanpa kesehatan, kekayaan material / finansial seringkali kurang berarti dan tidak dapat dinikmati. Contoh: kisah Almarhum Bapak Tjoa Soen Tie (mantan Direktur Utama PT Surya Jaya Bhakti – Jakarta. Beliau yang relatif kaya raya secara material atau finansial mengaku tak bisa menikmati kekayaannya, karena sakitnya membuat dokter menyarankan agar sangat membatasi makanan dan aktivitasnya. Dalam kondisi tersebut, beliau merasa lebih membutuhkan dan menghargai kesehatan ketimbang kekayaan material / finansial-nya yang melimpah). 

Kekayaan Material: Kesehatan fisik ………

Dalam kondisi sakit, kita sering baru menyadari bahwa kesehatan juga merupakan sesuatu yang sangat berharga; bahkan –dalam situasi dan kondisi tertentu- lebih berharga ketimbang kelimpahan uang dan harta benda. Karena itu, sesungguhnya kesehatan juga merupakan sebuah bentuk kekayaan.

Kekayaan Material: Kesehatan fisik ………

Sebagai sesuatu yang sangat berharga, kesehatan tubuh atau fisik perlu dijaga dan dipelihara dengan olahraga dan makanan yang perlu serta istirahat yang cukup, agar selalu prima dalam menjelmakan / melahirkan kekayaan-kekayaan potensial (kekayaan spiritual dan kekayaan mental) serta menikmati sukacita yang menyertainya. 

Kekayaan Material ………….

b. Keamanan ekonomis (kemakmuran material / finansial) 

Keamanan ekonomis atau kemakmuran materi tidak dicapai dengan memiliki uang saja. Keamanan ekonomis, secara esensial dicapai melalui pelayanan yang diberikan seseorang, karena pelayanan yang berguna dapat diubah menjadi segala bentuk pemenuhan kebutuhan manusia, dengan atau tanpa menggunakan uang. 

Kekayaan Material: Keamanan ekonomis ………….

(Di daerah-daerah pelosok, banyak jasa dokter yang dibayar dengan hasil pertanian; saya sendiri juga mengenal beberapa orang yang dihadiahi saham dan kepercayaan untuk mengelola sebuah perusahaan sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada majikannya; banyak atlet yang berprestasi dan memberikan kebanggaan kepada bangsa dihadiahi rumah mewah; dll.).

Penutup:

Sekarang kita telah memahami antitesis dari kemiskinan; kita telah mengetahui bahwa kesepuluh kekayaan pertama (butir 1a s/d 3a) berada di dalam jangkauan semua orang; dan mereka yang menerima serta menggunakannya akan dengan mudah menarik kekayaan kesebelas, yaitu keamanan / kebebasan ekonomis (kemakmuran material / finansial). 

Keamanan / kebebasan ekonomis (kemakmuran material / finansial) “hanyalah” konsekuensi fisik / material dari kekayaan spiritual dan kekayaan mental; dan untuk memiliki kekayaan spiritual maupun kekayaan mental, peluang tak terbatas dan gratis telah ditawarkan kepada setiap orang.

LAGU SELINGAN (O, Rahmat = PS 600) (Kreatif Bapak Ibu saja deh....)

PERTANYAAN POST TEST: 
Apakah yang Membedakan antara kelimpahan hidup versi manusia dan versi Tuhan (Yesus)? 
Apakah Syarat yg diperlukan untuk menggapai kondisi Hidup dalam Kelimpahan? 
Apakah aku sudah hidup dalam kelimpahan sesuai dengan misi Kristus? (Refleksif) 

PENEGUHAN:
Kedatangan Yesus tidak hanya untuk membebaskan kita dari kematian kekal setelah hidup di atas dunia ini. Yesus juga sebenarnya datang untuk menolong kita mengatasi penderitaan hidup duniawi seperti kesulitan ekonomi, pekerjaan, jodoh, karier, dllsb. Kuncinya ternyata harus memiliki mental positif yang didasarkan pada sikap percaya pada apa yang dikatakan Yesus sendiri, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10b). Dan, sebagaiman Nick di dalam tayangan yang kita saksikan tadi, kita juga diajak untuk membagikan “kelimpahan hidup” yang kita miliki kepada sesama yang lainnya, agar berkat Tuhan tidak berhenti hanya sampai pada diri kita.

DOA UMAT: 
Bagi Gereja: Ya Bapa, semoga Gereja-Mu semakin hari semakin terdorong untuk mengusahakan Hidup dalam Kelimpahan bagi seluruh jemaatnya. Kami Mohon.... 
Bagi Sri Paus: Ya Bapa, terangilah Bapa Paus kami.......... agar dalam menggembalakan Gereja-Mu selalu sesuai dengan kehendak-Mu terutama demi mewujudkan Hidup Berkelimpahan bagi segenap umat gembalaannya. Kami mohon.... 
Bagi Pemerintah Kami: Ya Bapa, tuntunlah juga para pejabat pemerintahan kami agar dalam menggariskan kebijakan publik, selalu mengedepankan prinsip kesejahteraan bersama dan bukannya golongan demi terciptanya kondisi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami mohon..... 
Bagi Kami Sendiri: Ya Bapa, semoga berkat penyuluhan yang baru saja kami lakukan dapat memampukan kami untuk semakin bersemangat mengusahakan kesejahteraan hidup yang merata, materiil maupun spirituil tidak saja bagi diri kami sendiri tapi juga bagi orang-orang yang kami jumpai dalam pengalaman hidup harian kami. Kami mohon.... 
Spontan diperbolehkan..... 

BAPA KAMI: 

Mari kita satukan doa dan permohonan kita dengan doa yang diwariskan Tuhan sendiri kepada kita


PENUTUP

Doa Penutup:

Tuhan Yesus Kristus, Engkau berkenan mengenakan daging manusiawi demi bela rasa-Mu terhadap derita hidup kami umat manusia. Kami mohon kiranya misi mengusahakan hidup dalam kelimpahan bagi manusia yang berkenan di hadapan-Mu, bisa kami teruskan dalam kesaksian hidup kami di tengah masyarakat guna terciptanya kemakmuran yang bisa dinikmati dalam kebersamaan kami dengan mereka yang belum mengenal Dikau, Tuhan yang Meraja bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

BERKAT PENUTUP:

(+) Semoga kita sekalian, usaha2 kita dan cita-cita kita ke depan demi hidup berkelimpahan senatiasa diberkati oleh Allah yang Maha Murah: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin (+)

LAGU PENUTUP.... (Tingkatkan Karya serta Karsa)