Oleh: Karolus
Boromeus Wodong, S.Fil
(Penyuluh Agama Katolik PNS - pada Kantor
Departemen Agama Kota Denpasar )
I. Pendahuluan
Berbicara tentang Keluarga Berencana dan Kemiskinan merupakan dua
kenyataan sosial yang sangat erat kaitannya. Memang banyak faktor penyebab
kemiskinan dan banyak solusi mengatasi kemiskinan. Bila kita ingin menggali
berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berhubungan dengan
faktor ekonomi, rendahnya penghasilan, tenaga kerja, pengangguran, kemiskinan
dan anak jalanan, maka pencarian kita akan bermuara pada
beberapa akar persoalan diantaranya: jumlah penduduk yang terlalu banyak
dan tentu berdampak pada rendahnya
kualitas manusia, kesulitan biaya hidup, biaya ekonomi keluarga, masalah
pendidikan dan kesehatan dan masalah mendapatkan pekerjaan.
Sering
kita melihat, membaca dan mendengar berita tentang tenaga kerja Indonesia (TKI)
yang dipulangkan dari Malaysia
karena tidak memiliki paspor atau surat-surat dokumentasi keimigrasian lainnya.
Juga beberapa TKI mendapat perlakuan tidak senonoh, bahkan disiksa atau
tidak digaji oleh majikannya. Pada
bagian lain ada banyak anak jalanan, gelandangan dan pengemis berkeliaran
di beberapa kota Negara kita. Semua fenomena ini memperlihatkan sebagian
dari wajah-wajah suram situasi tenaga kerja Indonesia dan lebih dari itu
menunjukkan fakta kemiskinan di Indonesia.
II. Relasi Kemiskinan dan Keluarga Berencana
Kemiskinan dan Keluarga Berencana (KB) sebenarnya berelasi sangat erat. Sebuah keluarga yang dibangun tanpa perencanaan matang, bisa saja menemukan berbagai persoalan yang sulit dipecahkan seperti masalah ekonomi, jumlah anak yang terlalu banyak, pemenuhan kebutuhan anggota keluarga, masalah kesehatan, masalah pendidikan anak yang berujung pada masalah kesempatan kerja dan berbagai masalah lainnya.
KB
pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam
menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta
mampu bersaing dengan bangsa lain. Bila setiap keluarga di Indonesia
merencanakan kelahiran anak secara bertanggungjawab maka kita akan memiliki
generasi masa depan yang berkualitas dan siap pakai.
Kenyataan membeludaknya TKI, pengangguran, tingginya angka kemiskinan, adanya anak jalanan, selain disebabkan oleh masalah sosial seperti kurangnya persediaan lapangan pekerjaan, rendahnya pendidikan, keterampilan dan keahlian, juga di balik itu memperlihatkan salah satu indikasi belum berhasil sepenuhnya penerapan program KB di Indonesia.
KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Melalui program KB diharapkan terlahir manusia Indonesia yang berkualitas prima, yaitu manusia Indonesia yang memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas, trampil, kreatif, mandiri, menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras, serta berorientasi ke depan. Karena itu KB seharusnya bukan hanya menjadi program pemerintah tetapi program dari setiap keluarga masyarakat
III. Memilih Metode KB yang aman
Sikap menghargai kehidupan diajarkan di dalam setiap agama, hidup sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dihargai. Anak merupakan anugerah Tuhan, buah cinta kasih suami istri. Kehadiran anak bukanlah suatu “malapetaka” atau “kegagalan”. Pemahaman dasar seperti ini perlu dimiliki oleh setiap peserta KB (akseptor). Dengan demikian cara-cara ber-KB haruslah sesuai dengan pilihan hati nurani pasangan suami-istri serta sesuai dengan agama, kebudayaan dan keyakinannya.
Beberapa pasangan suami-istri mengaalami kesulitan dalam memilih metode KB.
Para Ahli telah menemukan metode alamiah yang paling mudah dan tepat untuk mengetahui masa subur dan masa tidak subur pada wanita. Dr. Lyn- JJ Billings, pasangan suami-istri dari
Panjang-pendeknya masa-masa tersebut berbeda-beda
pada setiap wanita, karena itu perlu pengamatan serta pencatatan yang tekun dan
teliti oleh akseptor. Juga harus dapat dibedakan antara lendir kesuburan pada
masa basah dan lendir karena rangsangan seksual atau karena adanya jamur. Bagi
akseptor yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka hubungan intim
dilakukan pada masa kering, sedangkan pada masa basah dapat memilih metode
alternatif seperti kondom dan senggama terputus asal dilakukan dengan
tepat dan hati-hati. Metode ovulasi Billings
dikembangkan di Australia
sejak tahun 1950 dan mulai disebarluaskan ke seluruh dunia sejak
tahun 1964. Pada tahun 1976 mulai diperkenalkan di Indonesia
oleh PERDHAKI (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia ) dibantu oleh Pusat
Metode Ovulasi (PUSMO). Setelah diadakan penelitian yang saksama akhirnya
metode ini diterima oleh BKKBN pusat dengan surat Nomor 6668/KS/002/E2/90
tanggal 28 Desember 1990 sebagai metode KB yang
sah.
Beberapa keuntungan menggunakan metode KB alamiah antara lain: tidak mengubah system hormonal tubuh, maka tidak mengganggu kesehatan atau tidak berefek samping. Juga akseptor dapat merencanakan kelahiran anak berikutnya. Selain itu dapat meningkatkan rasa saling pengertian, perhatian dan kasih saying suami-istri.
sah.
Beberapa keuntungan menggunakan metode KB alamiah antara lain: tidak mengubah system hormonal tubuh, maka tidak mengganggu kesehatan atau tidak berefek samping. Juga akseptor dapat merencanakan kelahiran anak berikutnya. Selain itu dapat meningkatkan rasa saling pengertian, perhatian dan kasih saying suami-istri.
IV. Efektivitas Metode KB
Efektif atau tidaknya metode KB dalam mengatur kehamilan tergantung dari
konsistensi dan ketepatan penggunanya serta metode yang dipilihnya.
Keterlibatan kita mengikuti program KB berarti turut membangun bangsa
dalam rangka menghasilkan generasi baru yang berkualitas prima dan tidak
kalah bersaing dengan bangsa lain.
V. Penutup
Keluarga kecil bahagia dan sejahtera
memang merupakan satu solusi yang harus dipraktekan oleh seluruh masyarakat
bangsa ini bila kita ingin ke luar dari berbagai persoalan khususnya salah satu
persoalan besar bangsa yaitu masalah kemiskinan, peningkatan kesejahteraan
hidup dan kualitas manusia yang dapat bersaing dengan bangsa lain. Sangat
ketinggalan jaman bila sekarang kita masih menganut prinsip kuno : ”banyak anak
banyak rejeki”. Kini saatnya kita membenahi diri untuk bangkit dari
keterpurukan ekonomi mulai dari komunitas terkecil masyarakat yaitu
keluarga.Untuk itu perlu diperhatikan beberapa saran berikut:
- Peran pemerintah dari pusat sampai daerah dalam mengkempanyekan program KB perlu ditingkatkan kembali seperti pada jaman Orde Baru.
- Dukungan dan teladan dari para tokoh agama dalam hal KB, menyarankan masyarakat untuk mengikuti program KB dalam berbagai kesempatan terlebih dalam kegiatan keagamaan, kotbah, renungan dan ceramah di tempat-tempat ibadat dari keenam agama resmi di Indonesia.
- Informasi yang benar dan kondusif dari instansi KB dan berbagai instansi terkait tentang pentingnya ber-KB.
- Kerjasama berbagai instansi baik pemerintah, swasta, LSM dan berbagai komponen masyarakat untuk menyukseskan program KB.
- Usaha penanaman pemahaman positif tentang peran KB bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya serta membuang jauh segala prasangka, curiga dan pikiran negatif tentang KB.
- Penjelasan yang benar dan tepat serta penggunaan metode KB yang benar dan tepat, mudah dipahami dan dijalankan oleh masyarakat berpendidikan rendah sekalipun.
REFERENSI:
Sr. A. Simamora, CB. Keluarga Berencana (Makalah pada pelatihan Tenaga Pembina Pastoral Keluarga Katolik), Denpasar 3-6 April 2006.
Kliping Mahasiswa Akademi Kebidanan Denpasar, tentang Keluarga Berencana, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar