Kamis, 06 Februari 2014

Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba


Oleh Tulozomasi Hulu, S. Ag, PenyuluhAgama Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Medan

1. Latar Belakang Perlunya Penyuluhan Bahaya Penalahgunaan Narkoba

Masalah penyalahgunaan narkoba telah dikenal sejak lama di Indonesia dan penyalahgunaannya mempunyai sejarah yang panjang pula. Di zaman penjajahan Belanda, di Indonesia malah ada mentri candu dengan tugas menyediakan candu dan secara resmi dan teratur dibagikan kepada mereka yang telah terikat (ketagihan) akan narkoba tersebut. Di samping itu sejarahpun mencatat terjadinya perang candu (1834 – 1842) antara Inggris dan Cina. Bentrok antara Inggris dan Cina itupun mempunyai latar belakang setelah ada kekuatan antara Inggris dan Portugal terjadi dalam perebutan hegomoni di laut yang dimenangkan oleh Inggris yang terkenal waktu itu sebagai suatu negara yang mempunyai kebolehan di lautan dengan armada lautnya yang tangguh ingin menguasai daratan Cina setelah berhasil menanamkan kuasanya di India dan mengikis pegaruh Portugal di sana. Dan sejak itu pula muncul ke permukaan bahwa candu telah digunakan sebagai alat strategis taktis memperluas teritorial di daratan Cina, yaitu jatuhnya Hongkong dan pelabuhan Canton menjadi daerah teritorial Inggris.


Tanda tanya, apakah dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini terutama pada abad yang akan datang narkotika dijadikan sebagai alat strategis. Satu hal yang jelas dari permasalahan yang dihadapi negara-negara pada akhir-akhir ini bahwa perdagangan gelap narkoba yang pada akhirnya akan disalahgunakan itu telah menjadi perusak kemanusiaan dan sangat ditakuti, karena sangat sulit mengatasi dan memberantasnya.


Masalah penyalahgunaan narkoba, dan zat adiktif lainnya merupakan masalah nasional yang perlu ditangani secara serius, terencana dan secara bersama antar instansi dengan mengikutsertakan potensi yang ada dalam masyarakat termasuk para tokoh agama, tokoh adat dan penyuluh agama.

2. Pengertian Narkoba


Apakah sebenarnya narkoba itu? Haruskah kita menyelimuti diri dengan rasa ketakutan tatkala mendengar soal narkoba? Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat-obat berbahaya. Kalau mengacu dari kepanjangan singkatan tersebut, ada dua hal yang dapat dijelaskan, yakni: narkotika dan obat-obat terlarang (berbahaya).


Sebelum muncul istilah narkoba, sebenarnya narkotikalah yang pertama kali muncul ke permukaan. Narkotikalah yang pertama kali dibenci masyarakat. Narkotika secara umum dapat diartikan suatu zat yang dapat merusak tubuh dan mental manusia karena dapat merusak susunan syaraf pusat manusia. Kamus Bahasa Indonesia secara gamlang menjelaskan bahwa narkotika adalah heroin, sejenis obat bius.


Undang-undang Repulik Indonesia nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika pada pasal satu mendefenisikan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis (buatan) maupun semi sintetis (campuran) yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.


Sementara itu yang dimaksud dengan obat-obat terlarang adalah obat-obatan yang bukan narkotika, tetapi mempunyai efek dan bahaya yang sama dengan narkotika. Akhir-akhir ini, obat-obatan terlarang tersebut sering disebut dengan istilah ”psikotropika”.


Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun hasil campuran yang diolah oleh manusia. Namun, zat atau obat ini tidak termasuk narkotika. Bila dikonsumsi, psikotropika dapat berfungsi merusak susunan saraf pusat manusia. Bila syaraf pusat sudah dirusak psikotropika, akan terjadi kelainan perilaku disertai dengan timbulnya halusinasi (banyak khayalan), ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan perasaan. Zat ini seperti halnya dengan narkotika dapat menyebabkan kecanduan.

3. Jenis-jenis Narkoba

3.1 Narkotika

Menurut cara pembuatannya, narkotika terbagi dalam narkotika alam, narkotika sintetis (buatan) dan narkotika semi sintetis (campuran). Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari tanaman. Yang termasuk narkotika alam, yaitu: opium, kokain dan ganja. Narkotika sintetis adalah narkotika yang dihasilkan dari suatu proses kimia. Proses itu menggunakan bahan baku kimia tertentu yang menhasilkan zat baru yang memiliki pengaruh narkotika. Narkotika semi sintetis adalah narkotika yang dibuat dari alkoloid yang berasal dari tanaman dan diproses secara kimiawi. Dalam proses itu, ditambahkan suatu zat sehingga menjadi bahan obat yang berpengaruh narkotika. Alkoloid adalah kelompok senyawa organik bersifat basa yang mengandung nitrogen. Alkoloid berasal dari tumbuhan dan hewan.


Beberapa jenis narkotika yang dapat dikenali, di antaranya:
a.Opium

Opium adalah zat yang diperoleh dari getah buah tanaman Papaver Somniferrum. Di kalangan pengedar atau pemakai, opium biasa disebut opium Popy, Papaver Nigrum atau Pavot Somniferrum. Getah tersebut bila dikeringkan akan menjadi opium mentah. Getah opium mengandung phenantheren dan bila sudah diproses secara kimiawi dapat menjadi suatu obat yang sangat berbahaya sebagai narkotika. Opium dapat dibagi ke dalam beberapa macam, yakni: Opium Mentah, Opium Masak dan Opium Obat.

b.Morfin dan Heroin (Putauw)

Morfin sebenarnya alkoloid utama dari opium. Yang dimaksud alkoloid adalah kelompok senyawa organik (makhluk hidup) yang bersifat basa dan mengandung nitrogen. Alkoloid diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Alkoloid sangat berbahaya dan merusak kondisi tubuh manusia.

Heroin adalah jenis narkotika yang dihasilkan dari morfin. Kekuatan bahaya narkotikanya sepuluh kali lipat lebih keras bila dibandingkan dengan morfin. Heroin tidak memiliki manfaat apapun untuk pengobatan. Namun yang jelas, jika dimakan, diminum dan dihisap, heroin sangat membahayakan tubuh manusia.

c. Kokain

Kokain merupakan hasil dari pengolahan getah daun koka. Tanaman koka adalah tanaman yang berasal dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae. Kokain adalah jenis narkotika golongan I. Kokain berasal dari negara Colombia dan perbatasan segitiga emas (Asia). Kokain dapat menekan susunan syaraf pusat sehingga akan mengakibatkan kemampuan fisik seseorang lemah (stimulanti). Pengaruh kokain dapat mengakibatkan seseorang waspada berlebihan, bergairah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat serta tubuh dipaksa bertahan seolah-olah segar bugar dalam waktu tertentun (tergantung dosis pemakaian).

d. Ganja

Ganja adalah semua bagian dari semua tanaman genus cannabis termasuk biji dan buahnya atau delta tetra hidrokanabinol termasuk biji dan buahnya. Damar ganja merupakan getah keras yang diambil dari tanaman ganja. Daun ganja yang siap digunakan, adalah bewarna hijau kecoklatan dan bentuknya seperti daun teh yang sudah kering.

Daun ganja dapat memberikan pengaruh serius terhadap si pemakainya. Pengaruh daun ganja menyebabkan tubuh malas bergerak, mata merah, rasa ngantuk yang sangat, tertawa tanpa sebab dan nafsu makan bertambah (secara tidak wajar). Mengisap ganja dapat mengakibatkan seseorang menjadi depresi, menimbulkan rasa ketakutan yang berlebihan dan bila sudah kecanduan dapat berakibat fatal seperti melemahnya daya pikir, merusak organ tubuh yang vital (jantung, paru-paru dan hati) serta merusak susunan syaraf pusat sehingga pemakainya dapat mengalami gangguan jiwa.


3.2 Psikotropika

Dari ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu jenis dan merk obat yang beredar di Indonesia, dalam ilmu kedokteran, dikategorikan dalam tiga golongan, yakni: obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras.


Obat yang termasuk ke dalam golongan obat bebas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa harus menggunakan resep dokter. Biasanya, golongan obat ini mempunyai ciri lingkaran hijau. Obat-obat inilah yang dapat dibeli di toko-toko atau di warung-warung, misalnya: bodrex, entrostop, inza, sanaflu dan lain-lain.


Golongan obat bebas terbatas dapat diperoleh dengan resep dokter atau selalu disertai dengan peringatan khusus. Pada kemasan atau ketika iklan obat tersebut ditayangkan sering muncul kata-kata,”Awas Obat Keras!”, “Bacalah Aturan Pakainya!”, dan peringatan lainnya.


Golongan obat bebas terbatas juga biasanya mempunyai ciri lingkaran biru. Di toko-toko atau warung-warung biasanya sering ditemukan obat semacam itu, misalnya: cohistan exp (obat batuk), fatigon, procold, betadine gargle, dan sejenisnya.


Golongan yang ketiga adalah golongan obat keras. Obat ini mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, membasmi kuman, mencegah infeksi, dan lain-lain. Obat-obatan yang tergolong obat keras ini biasanya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Golongan obat keras inilah yang sering disalahgunakan oleh manusia. Golongan obat keras yang sering disebut psikotropika ini mempunyai ciri lingkaran merah dengan huruf ”k” di tengahnya.


Ada juga beberapa obat keras yang beredar di jalanan. Obat-obatan tersebut sangat dikenal di kalangan remaja “nakal”, misalnya: BK, Nipam, Dum, MG, Lexo, Steso, Rohip, “pil anjing gila”, pil koplo, dll.

Berdasarkan pengaruhnya, psikotropika dibagi dalam tiga golongan, yakni:
1. Golongan Stimulan (perangsang). Zat ini dapat merangsang fungsi susunan syaraf pusat, meningkatkan daya tahan fisik dan mental serta kewaspadaan serta mempunyai sifat halusinogen, artinya dapat memunculkan khayalan-khayalan menyenangkan pada pemakainya. Contohnya: Ekstasy, sering disebut Ex, Inex, E, M, XTC, dan yang biasa disebut Ice, Eve, Adam, Electric, Pink, Apple, Star, Tango, Apache, Bon Jovi, Brown Sugar, Dollar, Megatron, Kanguru dan Petir.

Ekstasy merangsang susunan syaraf pusat, terutama syaraf otonom yang mengatur peredaran darah dan pernafasan. Rangsangan ini dapat menyebabkan seseorang mampu bergerak terus menerus tanpa merasa lelah. Gejala awal pengaruh ekstasy dapat menyebabkan seseorang mengalami mual perut dan muntah, gelisah, denyut jantung meningkat, susah tidur, hilang nafsu makan dan kalau ada suara musik kepala langsung bergoyang-goyang (triping). Seseorang yang mengkonsumsi ekstasy akan mendapatkan gairah dan kebahagiaan yang luar biasa (suatu keadaan yang sangat gembira, lepas kontrol dan berperilaku seperti orang gila).


Pengaruh ekstasy berakhir sekitar 2 sampai 6 jam (tergantung dosis pemakiannya). Namun buruknya, setelah pemakaian ekstasy berakhir mengakibatkan kelelahan, mulut terasa kaku dan bibir menjadi pecah-pecah. Pemakaian ekstasy dalam dosis yang tinggi akan mengakibatkan tekanan darah meningkat, sehingga jantung bekerja secara paksa dan memungkinkan pecahnya pembuluh darah. Oleh karena itu, ekstasy pun sering mengakibatkan kematian.

2. Golongan Depresan ( suatu kondisi fisik dan mental yang merosot dan tertekan). Zat yang termasuk depresan dapat menekan fungsi susunan syaraf pusat. Orang yang sudah menggunakan obat ini biasanya tidak waspada terhadap segala hal, muram, sedih dan terlihat tertekan.Obat yang termasuk golongan depresan, di antaranya, valium, verstan, parest, sopor, optimil, somnafac, seconal, tuinal dan phenobartial. Bentuk obat-obatan ini memang bermacam-macam, tetapi biasanya berbentuk tablet.

3.3 Al-Kohol

Ternyata, dalam kehidupan sehari-hari dunia obat-obatan terlarang masih ada dua jenis yang fungsi negatifnya hampir sama dengan narkoba. Kedua jenis ini pula yang sering digunakan oleh kalangan tertentu yang biasa memakai narkoba. Para pemakai biasa menggunakannya secara bersamaan dengan narkoba atau bisa menjadi pengganti narkoba, bila mereka tidak mendapatkannya. Kedua jenis obat terlarang lain tersebut adalah alkohol dan zat adiktif.


Alkohol adalah cairan bening (tidak bewarna), mudah menguap dan mudah terbakar. Dalam fungsi positif, cairan ini sering dipakai untuk keperluan industri dan pengobatan. Alkohol juga sebenarnya termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adikasi (addiction) yaitu ketagihan dan ketergantungan.

Karena berefek negatif seperti zat adiktif, maka kita menyebut minuman beralkohol sebagai minuman keras. Kalangan kepolisian biasa mengistilahkannya dengan Miras. Batasan minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol, tidak peduli berapa kadar alkohol di dalamnya.

Ada beberapa jenis minuman keras dengan kadar alkohol berbeda. Jenis minuman keras yang beredar di masyarakat terbagi dalam tiga golongan, yakni:

1. Golongan A, berkadar alkohol 01% - 05%. Contoh: Bir Bintang, Grand Sand, dll.


2. Golongan B, berkadar alkohol 05% - 20%. Contoh: Anggur, Malaga, dll.


3. Golongan C, berkadar alkohol 20% - 50%. Contoh: Brandy, Wisky, Jenever, dll.

Alkohol larut dalam air sebagai molekul-molekul kecil, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat dengan cepat diserap oleh pencernaan dan disebarluaskan ke seluruh jaringan tubuh. Pada jaringan otak, kadar alkohol lebih banyak daripada yang ada dalam darah ataupun urine.

Alkohol dapat menekan susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan seseorang lebih berani dan agresif. Pengaruh alkohol terhadap tiap orang berbeda-beda dan tergantung pada: kecepatan dan jumlah alkohol diminum, berat dan ukuran badan, baik/buruknya fungsi hati, keaadaan lambung (kosong atau berisi), umur dan jenis kelamin; remaja dan wanita biasanya lebih mudah dipengaruhi alkohol, dikonsumsi dengan obat lain/tidak.

Pengaruh langsung minuman akohol adalah: relaksasi/rasa santai, hilangnys pengendalian diri, gerakan tubuh tidak terkoordinasi, pandangan kabur, berbicara tidak jelas, mabuk dan muntah-muntah, hilang kesadaran. Sedangkan akibat jangka panjang mengkonsumsi alkohol adalah: radang lambung, kerusakan hati, kerusakan otak, berkurangnya daya ingat, kekacauan pola pikir, gangguan jantung dan darah, depresi, masalah-masalah sosial. Jika alkohol diminum dalam jumlah besar dan rutin, akan mengakibatkan gangguan fisik, emosional, dan masalah sosial. Akibat dan bahaya lain meminum alkohol adalah: Ketergantungan, Kecelakaan Lalu Lintas, Kehamilan

Minum alkohol (walaupun dalam jumlah kecil) secara teratur selam kehamilan dapat mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Minum dalam jumlah besar dapat mengakibatkan keguguran kandungan atau sindroma alkohol pada bayi, yaitu pertumbuhan bayi yang lamban selama dalam kandungan dan setelah lahir, sehingga resiko cacat mental pada bayi semakin besar.


4. Mengapa Narkoba Sangat Berbahaya?

Narkoba memiliki 3 sifat jahat sekaligus, yaitu: habitual, adiktif dan toleran. Ketiga sifat jahat tersebutlah yang menyebabkan pemakai narkoba terperosok ke dalam jebakan “maju lebur, mundur hancur”. Ketiga sifat inilah yang membuat pemakai narkoba menjadi budak setia selamanya atau mati merana sia-sia.

a. Habitual


Habitual adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk selalu mencari dan rindu (seeking). Sifat inilah yang menyebabkan pemakai narkoba yang sudah sembuh kelak bisa kambuh (relapse) dan memakai kembali. Perasaan kangen berat ingin memakai kembali disebabkan oleh kesan kenikmatan yang dalam bahasa gaul disebut ‘nagih’ (suggest).

Sifat habitual juga mendorong pemakai untuk selalu mencari dan memiliki narkoba. Walaupun di sakunya masih banyak narkoba, ia tetap ingin punya lebih banyak lagi. Sifat inilah yang disebut craving (membutuhkan). Semua jenis narkoba memiliki sifat habitual dalam kadar bervariasi. Sifat habitual tertinggi ada pada heroin (putaw). Kemungkinan kambuh pemakai putaw sangatlah tinggi sehingga pemakainya dianggap mustahil dapat bebas selamanya, 100%.

Suggest adalah penggoda terkuat yang menyebabkan pemakai narkoba yang sudah sembuh pada suatu saat kembali memakai. Jenis makanan apa pun tidak akan menyebabkan suggest kecuali narkoba. Suggest hanya dapat dikalahkan oleh tekad yang sangat besar yang lahir dari kesadaran tinggi yang didasari oleh pengetahuan yang benar, didukung oleh iman yang teguh, dan anugerah dari Tuhan yang Maha Pengasih. Suggest akan lebih ringan kalau dihadapi sambil aktif bekerja atau mengembangkan hobi.

b. Adiktif

Adiktif adalah sifat narkoba yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaian narkoba akan menimbulkan ‘efek putus zat’ atau withdrawal effect, yaitu perasaan sakit luar biasa atau dalam bahasa gaul disebut SAKAW. Narkoba itu unik. Bila pemakaian dihentikan mendadak sekaligus, badan bukannya langsung menjadi sehat, melainkan malah menjadi sakit luar biasa.

Rasa sakit untuk setiap jenis narkoba berbeda-beda. Perasaan sakit yang paling berat dan menyiksa adalah sakaw akibat putus zat putaw dan shabu. Beratnya rasa sakit itu tidak dapat dihilangkan dengan pemberian obat antisakit apa pun atau narkoba apa pun, kecuali narkoba yang telah atau sedang digunakan. Sakaw shabu hanya dapat hilang bila mengkonsumsi shabu. Sakaw putaw hanya dapat hilang bila diberi putaw.

Penderita sakaw yang mengalami rasa sakit luar biasa itu biasanya mengatasi rasa sakitnya melalui 2 cara:

- Kembali mengkonsumsi narkoba yang sama. Orang ini seterusnya akan menjadi pemakai yang patuh, pecandu yang setia, budak dan abdi selamanya. Orang seperti ini disebut junkies, pemadat atau pecandu. Bila sedang memakai narkoba, orang tersebut tampak normal. Namun, bila sedang tidak memakai, ia justru tampak tidak normal, lesu, gelisah, tidak fit dan tidak percaya diri.


- Bila tidak kembali memakai tetapi juga tidak tahan rasa sakit, orang tersebut akhirnya mencari jalan pintas, yaitu bunuh diri. Sakaw tidak hanya terjadi karena penghentian pemakaian narkoba, tetapi juga karena pengurangan dosis pemakaian. Bila sudah terbiasa dengan dosis 0,1 gram, kemudian dikurangi, misalnya 0.05 gram yang bersangkutan akan mengalami sakaw.

c. Toleran

Toleran adalah sifat narkoba yang membuat tubuh pemakainya semakin lama semakin menyatu dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu sehingga menuntut dosis pemakaian yang semakin tinggi. Bila dosisnya tidak dinaikkan, narkoba itu tidak akan bereaksi, tetapi malah membuat pemakainya mengalami sakaw. Untuk memperoleh efek yang sama dengan efek di masa sebelumnya, dosisnya harus dinaikkan.

Bila lama-kelamaan kenaikan dosis itu telah melebihi kemampuan toleransi tubuh, maka terjadilah efek sakit yang luar biasa dan mematikan. Kondisi seperti itu disebut overdosis.

Tiga sifat jahat yang khas (habitual, adiktif, dan toleran) hanya ada pada narkoba. Itulah yang menyebabkan narkoba sangat berbahaya. Adanya 3 sifat jahat yang khas ini membuat pemakai narkoba mengalami perubahan sifat dan sikap menjadi:

1. Tergila-gila pada narkoba. Lebih mencintai narkoba daripada diri sendiri, orang tua atau saudara-saudaranya.

2. Tidak dapat melepaskan diri dari narkoba, sebab kalau lepas, penderitaan yang luar biasa (sakaw) akan datang.

3. Dosisnya akan terus bertambah tinggi sampai suatu saat maut menjemput di puncak overdosis.

4. Mengalami perubahan sikap dan sifat menjadi eksklusif, egois, sombong , asosial, jahat (psikosis)

5. Mengalami kerusakan organ tubuh (hati, paru, ginjal, otak dan lain-lain).

6. Terjangkit penyakit maut, seperti HIV/AIDS, sifilis, dan lain-lain.

5. Mengapa Orang Memakai Narkoba?

a. Ingin Kenikmatan yang Cepat, misalnya: nikmat bebas dari rasa kesal, kecewa, stres, dll. frustrasi; nikmat bebas dari rasa sakit, pusing; nikmat rasa gembira, senang; nikmat karena badan sehat, fit, segar, kreatif; bahkan nikmat rasa tenang, tenteram dan damai. Tatkala mulai mencoba, perasaan nikmat tersebut tidak datang. Yang datang justru perasaan berdebar, kepala berat dan mual. Namun, setelah pemakaian kedua atau ketiga, kenikmatan memang terasa. Bentuk kenikmatannya berbeda-beda, tergantung jenis narkoba yang dipakai.

b. Ketidaktahuan

Kalau narkoba tidak nikmat, mengapa orang memakainya? Kalau narkoba berakibat buruk, mengapa penggunanya justru semakin meluas? Kalau narkoba berbahaya, kenapa orang tidak takut mengkonsumsinya?

Dasar dari seluruh alasan penyebab penyalahgunaan narkoba adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan tersebut menyangkut banyak hal, misalnya tidak tahu apa itu narkoba atau tidak mengenali narkoba, tidak tahu bentuknya, tidak tahu akibat terhadap: fisik, mental, moral, masa depan dan terhadap kehidupan akhirat, tidak paham akibatnya terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Ketidaktahuan itulah yang menyebabkan orang mulai memakai narkoba. Alasan orang terjerumus memakai narkoba beragam. Sebagian besar karena tidak tahu bahwa yang dikonsumsi itu narkoba.

c. Alasan Internal

Alasan internal maksudnya segala sesuatu berasal dari diri seseorang yang menyebabkan dirinya menggunakan narkoba.

1. Ingin Tahu (Remaja – Generasi Muda)
2. Ingin Dianggap Hebat (Remaja – Generasi Muda)
3. Rasa Setia Kawan (Remaja – Generasi Muda)
4. Rasa Kecewa, Frustrasi, Kesal (kegagalan: generasi muda, eksekutif muda, suami-isteri)
5. Ingin Bebas dari Rasa Sakit/Pusing (Penderita penyakit berat yang kronis dan tak kunjung sembuh selalu merasakan sakit yang luar biasa karena penyakitnya. Rasa sakit tersebut seringkali tidak dapat dihilangkan dengan obat penghilang rasa sakit biasa (analgetik) sehingga penderitanya mencoba narkoba.
6. Ingin Menikmati Rasa Gembira, Tampil Lincah, Energik dan Mengusir Rasa Sedih dan Malas. Para eksekutif dan selebritis biasanya memiliki gaya hidup yang trendi. Ia merasa dituntut untuk selalu tampil prima. Dengan narkoba, ia dapat tampil prima dan percaya diri karena kehilangan rasa malu, walaupun sesungguhnya tidak.
7. Ingin Tampil Langsing. Narkoba juga banyak digunakan oleh artis atau ibu rumah tangga yang berbadan gemuk untuk melangsingkan tubuh. Narkoba terntentu dapat menghilangkan nafsu makan sekaligus menambah aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan berat badan.
8. Takut Mengalami Rasa Sakit (sakaw). Pengguna narkoba yang sudah menjadi pemakai tetap (pemadat) akan mengalami rasa sakit (sakaw) bila tidak memakai. Karena takut merasakan penderitaan tersebut, ia terus memakai narkoba sehingga menjadi pemakai setia (junkies). Banyak pemakai narkoba yang setia adalah orang-orang yang merasa “terpaksa” memakai, sebab kalau tidak memakai ia akan mengalami sakaw. Dalam kondisi seperti ini, ia tidak menikmati apa pun dari narkoba yang dikonsumsinya. Yang ia butuhkan adalah bebas dari sakaw.

d. Alasan Keluarga

Banyak pengguna narkoba berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Situasi keluarga yang disharmois seringkali menjadi pemicu anak untuk memakai narkoba. Hubungan antara anggota keluarga dingin, bahkan tegang atau bermusuhan mendorong anak dalam keluarga untuk memakai narkoba.

Komunikasi yang buruk antara ayah, ibu dan anak sering kali menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Begitu juga dengan hidup rohani anggota keluarga yang sangat dangkal dapat semakin memperparah keadaan keluarga. Konflik dalam keluargadan hidup rohani yang dangkat tersebut kiranya dapat mendorong anggota keluarga merasa frustrasi, sehingga terjebak memilih narkoba sebagai solusinya. Biasanya yang paling rentan terhadap stres adalah anak, kemudian suami, istri sebagai benteng terakhir.

e. Alasan Orang Lain

Banyak juga para pengguna narkoba yang awalnya dimulai karena pengaruh dari orang lain. Bentuk pengaruh orang lain itu dapat bervariasi, nulai dari bujuk rayu, tipu daya, sampai ke paksaan.

Wanita cantik pengedar narkoba biasanya menjebak “mangsa” melalui bujuk rayu. Untuk memasarkan narkoba, pengedar tersebut memilih profesi sebagai wanita penghibu atau wanita tuna susila. Banyak eksekutif muda, pekerja atau bos-bos yang mulai memakai narkoba karena rayuan mereka.

f. Jaringan Peredaran Luas Sehingga Narkoba Mudah Didapat

Penyebab lain banyaknya orang yang memakai narkoba adalah karena narkoba mudah diperoleh. Jaringan pengedar narkoba di Indonesia dengan cepat meluas, bukan hanya di kota besar, tetapi juga desa-desa. Meluasnya jaringan narkoba didorong oleh rendahnya kualitas intelektualitas, moralitas masyarakat, buruknya kondisi sosial ekonomi serta rendahnya hidup rohani seseorang.

g. Strategi Pemasaran Yang Situ

Sindikat pengedar dan bandar narkoba memiliki strategi marketing yang luar biasa. Mereka diduga melibatkan para marketer profesional untuk menyusun strategi dan taktik pemasaran. Strategi dan taktik itu berkembang terus dari waktu ke waktu. Sindikat narkoba sangat cepat mengetahui adanya peluang penjualan narkoba di setiap pelosok negeri sehingga peredaran narkoba meluas ke seleuruh pelosok Indonesia. Mereka dapat melihat peluang yang muncul dan mengirimkan narkoba ke pelosok Indonesia mana pun dengan cepat.

6. Ciri-ciri Umum Pengguna Narkoba

Tiap jenis narkoba mempunyai sifat yang berbeda. Oleh karena itu, dampaknya terhadap pemakai juga berbeda-beda. Pemakai narkoba umumnya lama kelamaan mengkonsumsi semua jenis narkoba, atau sekurang-kurangnya 3 macam. Oleh karena itu, ciri-ciri pemakai narkoba dapat dikenali secara umum.

Biasanya orang tua mengetahui anaknya memakai narkoba ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Karenanya, ciri-ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, sebab apabila pemakaian masih baru dimulai, penghentiannya pun lebih mudah. Keterlambatan orang tua mengetahui anaknya memakai narkoba umumnya karena orang tua tidak mengetahui tanda-tanda awal pemakaian narkoba.

Secara umum, pengguna narkoba terdiri dari 4 tahap, yaitu: pemakai coba-coba, pemakai pemula, pemakai berkala dan pemakai setia (tetap).

1. Tahap Awal: Tahap Coba-coba

a. Gejala Psikologis. Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua yang peka dapat merasakan adanya sedikit perubahan perilaku pada anak, yaitu timbulnya rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa. Anak menjadi lebih sensitif. Jiwanya resah dan gelisah. Ia takut mengaku terus terang. Ingin terus merahasiakan, ia merasa berdosa. Ia bingung. Kemesraan dan kemanjaannya hilang atau berkurang.

b. Pada Fisik. Perubahan tidak begitu tampak pada tubuh anak. Tanda-tanda perubahan pada tubuh sebagai dampak pemakaian narkoba belum terlihat. Bila sedang memakai psikotropika stimulan, ekstasi atau shabu, ia tampak riang, gembira, hiperaktif, murah senyum dan ramah. Namun, bila sedang memakai narkotika jenis putaw, ia tampak tenang, tenteram, tidak peduli pada orang lain. Bila tidak sedang memakai, tidak ada gejala apa-apa.

2. Tahap Kedua: Tahap Pemula

a. Gejala Psikologis. Sikap anak menjadi lebih tertutup. Banyak hal yang tadinya terbuka kini menajdi rahasia. Jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif. Hubungannya dengan orang tua dan saudara-saudaranya mulai renggang, tidak lagi riang, cerah dan ceria. Ia mulai tampak seperti menyimpan rahasia dan memiliki satu atau beberapa teman akrab.

b. Pada Fisik. Tidak tampak perubahan yang nyata. Gejala pemakaian berbeda-beda sesuai dengan jenis narkoba yang dipakai. Bila ketika memakai ia menjadi lincah, lebih riang, lebih percaya diri, berarti ia memakai psikotropika stimulan, shabum atau ekstasi. Bila ia tampak lebih tenang, mengantuk, berarti ia memakai obat penenang, ganja atau putaw.

Untuk mengelabui orang tua atau teman bahwa ia memakai, kadang-kadang ia menutupi kekurangannya dengan rajin berolahraga dan makan, sehingga tampak tetap sehat dan energik seperti orang normal.

3. Tahap Ketiga: Tahap Berkala

a. Ciri Mental. Sulit bergaul dengan teman baru. Pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung. Ia sering bangun siang, agak malas, dan mulai gemar berbohong. Keakraban dengan orang tua dan saudara-saudaranya sangat berkurang. Kalau sedang memakai narkoba, penampilannya riang atau tenang. Kalau tidak memakai narkoba, sikap dan penampilannya murung, gelisah dan kurang percaya diri.

b. Ciri Fisik. Terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2. Bila sedang memakai, ia tampak normal, tidak tampak tanda-tanda yang jelas, biasa saja. Bila sedang tidak memakai, ia malah tampak kurang sehat, kurang percaya diri, murung, gelisah, malas. Tanda-tanda fisik menjadi semakin jelas dibanding tahap kedua.

Tanda yang spesifik tergantung jenis narkoba yang dipakainya. Kadang-kadang pemakai malah tampak gemuk/sehat karena usaha menutupi agar tidak diduga memakai narkoba. Sekali lagi uniknya, bila sedang memakai narkoba, ia tampak normal. Bila tidak memakai, ia tampak kurang percaya diri, bahkan tampak tidak sehat karena sakaw.

4. Tahap Keempat: Tahap Tetap

a. Tanda-tanda Psikis. Sulit bergaul dengan teman baru, eksklusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas, sering bangun siang, lebih menyukai hidup di malam hari. Ia pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri atau merampas, tidak malu menjadi pelacur. Demi memperoleh uang untuk narkoba, ia tidak merasa berat untuk berbuat jahat, bahkan membunuh orang lain, termasuk orang tuanya sendiri.

b. Tanda-tanda Fisik. Biasanya kurus dan lemah (loyo). Namun ada juga yang dapat menutupinya dengan membuat dirinya gemuk atau sehat. Caranya, dengan banyak makan, food supplement, dan berolah raga. Mata sayu, gemar memakai kacamata gelap, gigi menguning kecoklatan dan sering kali keropos. Biasanya kulitnya agak kotor karena malas mandi. Tanda bekas sayatan atau tusukan jarum suntik sering tampak di lengan, kaki, dada, lidah atau kemaluan.

Pemakai narkoba tahap III dan IV sudah tergolong pemakai tetap lanjut. Pemakai ini tergolong “senior” di kalangan mereka. Pemakai “senior” biasanya tidak mengkonsumsi satu jenis narkoba. Ia dapat memakai 2,3,4 atau 5 macam narkoba sekaligus secara bergantian maupun bersamaan.

Pemakai narkoba seperti ini benar-benar kacau. Selain sulit untuk disembuhkan, tanda-tandanya pun tidak jelas. Komplikasi penyakitnya akan lebih banyak dan berbahaya. Pemakai tidak jarang meninggal dunia segera atau mengalami sakit jiwa (gila)

7. Kesimpulan

Keluargalah Benteng Utama dan Pertama Pencegahan Bahaya Narkoba. Berbagai macam kesulitan dan beratnya perjuangan hidup di dunia ini membawa akibat tertentu bagi orang-orang yang tidak mampu mengatasi dan bertahan. Cara yang paling mudah keluar dari situasi ini adalah melarikan diri dari masalah kongrit yang sedang dihadapi dengan mencari dunia impian. Dunia impian ini dirasa mampu memberikan kenikmatan dan melepaskan dari jerat beratnya beban hidup. Sarana yang mampu memberikan kenikmatan sesaat dan melarikan dari masalah hidup adalah narkoba (narkotik dan obat-abat terlarang).

Sudah menjadi kenyataan dan keprihatinan bersama bahwa masalah kecanduan narkoba sudah menjadi masalah dunia yang melanda segala lapisan masyarakat. Sebab utama mengapa anak-anak remaja terjebak dalam perangkap narkoba ini adalah tidak tahu akibat dari ketagihan narkoba dan kurangnya pengetahuan akan bahaya dari narkoba. Sementara perhatian dan penangan serius terhadap bahaya yang mengancam umat manusia di dunia ini tidak seimbang dengan jumlah korban yang berjatuhan.

Dari kenyataan yang ada, masalah kecanduan obat terlarang ini melanda semua lapisan dengan tidak pandang bulu. Efek dari kecanduann ini melampau batas umur, jenis kelamin, suku bangsa, status keluarga, tempat tinggal, status sosial dan gaya hidup. Dengan kata lain masalah ini sungguh menjadi masalah yang mempunyai pengaruh multidimensial.

Sungguh, bagi banyak keluarga merupakan aib bila ada anggota keluarga yang ketagihan narkoba ini. Orang tua akan sangat terpukul dan akan merasa bahwa mereka merasa gagal dalam mendidik anak-anaknya. Dengan segala usaha mereka akan menutup-nutupi hal ini, supaya orang lain tidak mengetahui. Akibat lebih lanjut adalah kehancuran keluarga itu. Mereka akan saling menyalahkan. Seluruh kehidupan normal keluarga akan tergoncang. Semua anggota keluarga akan terlibat dalam masalah ini.

Ada dua hal yang harus dilakukan oleh kelurga dalam keterlibatan kita terhadap mereka yang kecanduan narkoba. Pertama adalah keterlibatan informal (informal approach), yakni keterlibatan terhadap mereka yang belum terlalu parah mengalami kecanduan narkoba. Dikatakan informal karena keterlibatan ini lebih menekankan pada usaha keluarga untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka. Keterlibatan ini merupakan persiapan untuk melangkah pada usaha perawatan dan penyembuhan si pecandu melalui proses informal. Yang kedua pendekatan struktural (structural approach) yakni keterlebitan keluarga terhadap mereka yang sudah agak parah dalam tingkat kecanduan narkoba. Tekanan keterlibatan keluarga ini adalah mengarah pada langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah. Dikatakan struktural karena keluarga harus siap dengan berbagai jawaban struktural yang akan terjadi dalam perjumpaan dengan si pecandu narkoba.

***

1 komentar: